Mohon tunggu...
Heni Mulyati
Heni Mulyati Mohon Tunggu... -

Syarat jalan2 di sini:\r\n1. Niat, 2. Gak boleh serius, 3. Boleh debat, 4. Gak boleh sakit hati, 5. Menerima perbedaan pendapat, & 6. Kalo kurang jelas, kembali ke no.1\r\n\r\n-----\r\nRelawan konselor di salah satu Lembaga Sosial, CMM PKBI DKI Jakarta bidang konseling, kesehatan reproduksi, dan HIV&AIDS.\r\n\r\nTrainer, fasilitator, moderator, MC (kecuali nikahan), notulen, pada berbagai event dan pelatihan. Salah satu pendiri lembaga pelatihan di Jakarta.\r\n-----\r\nMenjadi konselor sekolah atau guru BK di SDI Al Azhar 27 Cibinong\r\nKontak ke laila008@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mari Kita Mabuk

18 Juni 2011   03:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:24 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Judul di atas sengaja saya lontarkan dikarenakan ada satu kegelisahan yang mulai muncul di benak saya. Akhir-akhir ini banyak bertebaran di sekitar kita toko-toko mini dengan isi super lengkap dan bahkan buka 24 jam. Brand toko-toko mini ini sudah menyebar di mana-mana, bak jamur di musim hujan. Bahkan mulai jadi trend hang out di depan toko sambil ngobrol dengan teman-teman gaul. Ada satu yang nampaknya luput, atau malah sudah menjadi permisif dan tidak peduli, dijualnya minuman keras di toko-toko tersebut. Tidak tanggung-tanggung, kadar alkoholnya termasuk tingkat tinggi. Bahkan toko tersebut saat ini ada di dekat rumah saya, jalan kaki 5 menit sudah sampai, di sana pun saya temukan jenis minuman tersebut. Padahal daerah kami kawasan pemukiman penduduk dan banyak anak-anak yang tinggal di sini. Ada apakah ini? Apakah tidak ada aturan yang mengatur peredaran minuman alkohol ini dengan ketat? Sangat mudah minuman tersebut diperoleh. Sudah permisifkah masyarakat kita? Beberapa tahun lalu, di media, saya masih temui beberapa kelompok organisasi masyarakat yang menolak peredaran minuman keras. Bahkan sweeping pun dilakukan. Tahun-tahun ini nampaknya saya belum mendengar adanya masyarakat yang menolak kehadiran minuman beralkohol tersebut. Tanya kenapa? Saya sangat apresiasi dengan perjuangan aktivis yang mengkampanyekan NO NAPZA. Tapi dengan situasi demikian, perjuangan teman-teman aktivis akan lebih berat nampaknya. PR saya ketika menjadi orangtua nampaknya menjadi lebih berat kelak, bagaimana melindungi anak saya agar tidak menyentuh minuman tersebut. Meski ada pro dan kontra tentang manfaat dan sebagainya, bagi saya tidak menyentuh sama sekali itu menjadi pilihan terbaik. Semoga ada pihak yang mendengar kegundahan saya ini. Kegundahan jujur seorang wong cilik. Semoga slogan mereka bukan, "memasyarakatkan mabuk dan memabukkan masyarakat". [caption id="attachment_114635" align="aligncenter" width="456" caption="ilustrasi"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun