Mohon tunggu...
Heni Susilawati
Heni Susilawati Mohon Tunggu... Dosen - life with legacy

senang menulis tentang politik, demokrasi dan pemilu

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Webinar Kepemiluan dan Demokrasi di Masa Pandemi: Upaya Mencerdaskan Pemilih Menuju Tahun Politik 2024

4 Oktober 2021   06:09 Diperbarui: 4 Oktober 2021   06:10 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kita punya kesempatan yang sangat luas untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan dan pemahaman tentang kepemiluan dan demokrasi di masa pandemi. Era sebelum pandemi, perlu upaya khusus untuk meningkatkan wawasan tentang isu kepemiluan dan demokrasi. 

Banyak seminar bertajuk kepemiluan dan demokrasi yang sangat menarik untuk diikuti, namun sayangnya seringkali terhambat dengan jarak dan waktu. Banyak kegiatan seminar dengan tajuk tersebut di selenggarakan di luar kota, jauh dari rumah. Tentu saja, kita harus mengalokasikan waktu dan biaya untuk bepergian ke luar kota dalam rangka me recharge wawasan kita. 

Daya tarik tema dan narasumber yang berkompeten adalah alasan mengapa termotivasi untuk hadir di acara tersebut, meskipun harus merogoh kocek yang tidak sedikit serta mengorbankan kegiatan lainnya.

Selama pandemi, aktivitas kita banyak di rumah. Nyaris sepanjang waktu kita terhubung dengan internet. Bahkan menurut data Wearesocial (Januari, 2021), orang Indonesia rata-rata mengakses internet sekitar 08.52 menit. 

Bayangkan sembilan jam asik berselancar di dunia maya. Negara kita berada di peringkat ke-8 dalam penggunaan waktu mengakses internet dalam sehari.  

Secara umum, pengguna internet d dunia mengakses internet untuk keperluan mencari informasi (63,0%) dan sebanyak 42,6% mengakses internet untuk keperluan pendidikan dan belajar yang relevan. 

Pilihan yang tersedia di masa pandemi yakni dengan mengikuti webinar dengan ragam tema yang dikupas oleh narasumber dari berbagai bidang. Webinar itu sendiri ada yang gratis diikuti oleh siapapun, ada juga webinar yang berbayar. 

Nah, secara praktis sebenarnya webinar menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan pengetahuan sekaligus memperoleh informasi sesuai dengan preferensi kita. Imogen Communication Institute menyebut, 56% responden rela mengikuti webinar berbayar yang penting content menarik, pembicara kompeten dan biaya terjangkau. 

Penelitian Setiawan Priatmoko dan kawan-kawan (2020) menyebutkan umumnya responden mengikuti webinar dari rumah (81,5%), kampus (15,6%) dan 2,9% responden mengikuti webinar di area publik.

Webinar kepemiluan dan demokrasi merebak di banyak forum. Instansi vertikal penyelenggara pemilu mulai dari KPU RI, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota getol menyelenggarakan webinar dengan ragam topik yang dibahas. 

Demikian pula, Bawaslu RI, Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota. Ini kabar baik yang mesti kita sambut dengan gembira. Publik punya kesempatan yang sangat luas untuk menyerap pengetahuan, wawasan dan pemahaman tentang tupoksi dua lembaga tersebut. 

Publik pun memiliki peluang untuk memperkaya khasana pengetahuan kepemiluan mulai dari sejarah pemilu, regulasi pemilu dan pilkada, keterkaitan pemilu/pilkada dengan sosial media, dan berbagai isu lainnya. 

Tidak saja KPU dan Bawaslu beserta jarajan yang rajin menyelenggarakan webinar bertajuk kepemiluan dan demokrasi. Banyak webinar juga diinisiasi organisasi masyarakat sipil sebagai contoh Perludem, Netgrit, Jaringan Demokrasi Indonesia, Kelas Pemilu dan sebagainya. Dan tentu saja tidak ketinggalan webinar yang dilakukan oleh berbaga perguruan tinggi di seluruh Indonesia. 

Belum lagi, webinar yang diadakan multipihak, sinergi dan kolaborasi penyelenggara pemilu, organisasi masyarakat sipil dan perguruan tinggi serta pemerintah. Sungguh fenomena yang sangat membanggakan. Pandemi menjadi berkah dan kabar baik untuk bersama berikhtiar mewujudkan pemilih yang cerdas menuju tahun politik 2024.

Partisipasi politik kita baik di pemilu maupun pilkada (baca: pemilihan); harus kita akui masih berkutat di angka-angka capaian partisipasi pengguna hak pilih. Tidak salah, tetapi rasanya untuk tahun politik 2024 kita harus bekerja keras agar terbentuk masyarakat yang cerdas dan bijak. Kedaulatan rakyat yang dimiliki oleh pemilih perlu disentuh dengan pendekatan dan strategi berbasis pengetahuan serta informasi yang tepat. 

Harapan kita semua, pada pemilu tahun 2024 nanti masyarakat benar-benar menyadari kedaulatannya sebagai rakyat. Warga punya kuasa dan otoritas yang dijamin asas Luber dan Jurdil di Tempat Pemungutan Suara. 

Penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada Serentah tahun 2024 semestinya menjadi momentum strategis dalam mendorong terbentuknya masyarakat yang cerdas dalam berdemokrasi dan berpartisipasi sebagai warga yang baik. Sirkulasi elit politik baik legislatif maupun eksekutif akan banyak ditentukan oleh corak dan karakter pemilih. 

Kita mesti bersinergi agar pemilih di tahun 2024 menjadi gerakan moral bersama untuk memutus mata rantai politik uang, kampanye hitam dan tindak kekerasan yang membahayakan nilai persatuan dan kesatuan kita sebagai warga bangsa Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun