Mohon tunggu...
Heni Suci Arti
Heni Suci Arti Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Senang menari...

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Perjaka dan Perawan; Dua Arti Yang Bertolak Belakang (Sebuah Analisis Kajian Semantik)

26 November 2020   11:32 Diperbarui: 29 April 2021   14:05 2965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seksisme melalui ungkapan Perawan dan Tidak Perawan (Foto: Heni Suci Arti)

Perjaka dan Perawan, sebuah kata yang secara sekilas biasa saja, padahal, jika ditelaah lebih lanjut, memuat sebuah makna ideologis yang tak lepas dari budaya. Membicarakan makna pada sebuah kata, suatu kajian yang membahas ilmu tentang makna kata dan kalimat dapat kita sebut sebagai semantik. 

Semantik tidak hanya membahas suatu kata yang hanya terdapat di dalam kamus saja, tetapi juga kata yang digunakan oleh suatu kelompok masyarakat. Membahas tentang masyarakat, Indonesia memiliki berbagai keberagaman masyarakatnya. Keberagaman itu terdiri dari beragam suku bangsa dan budaya. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pulau di Indonesia yang memengaruhi perbedaan suku bangsa dan budayanya.

Bahasa juga dapat memengaruhi keberagaman tersebut. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan bahasa. Bahasa memiliki sifat arbitrer atau manasuka. Sifat tersebut yang membuat keberagaman bahasa di suatu bangsa, khususnya Indonesia. Meskipun bersifat arbitrer atau manasuka, bahasa juga perlu disepakati oleh sekelompok masyarakat penggunanya.

Terlepas dari itu, keberagaman masyarakat Indonesia juga dipengaruhi oleh keberagaman jenis kelamin dan gender. Badan Pusat Statistik, mencatat jenis kelamin laki-laki dan perempuan di Indonesia pada tahun 2018, tercatat jumlah penduduk Indonesia sekitar 264,16 juta jiwa, yang terdiri dari 132,68 juta jiwa penduduk laki-laki dan 131,47 juta jiwa perempuan.

Arti Perjaka dan Perawan dalam Lingkup KBBI

Mengenai jenis kelamin, sesuatu yang mengarah kepada sifat atau keadaan laki-laki dan perempuan, terdapat istilah perjaka dan perawan yang disematkan untuk laki-laki dan perempuan yang masih bujang atau belum menikah. Istilah tersebut sudah tidak asing di lingkungan masyarakat Indonesia. Banyak pandangan masyarakat mengenai arti dari kedua istilah tersebut. Membahas arti tersebut, jika kita melihatnya dengan menggunakan kacamata Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-V, istilah perjaka diartikan sebagai laki-laki yang belum berumah tangga. Sedangkan perawan diartikan sebagai anak perempuan yang sudah patut kawin dan belum pernah bersetubuh dengan laki-laki (masih murni).

Dilihat dari kedua arti di atas dalam KBBI, bahwa istilah perjaka dan perawan memiliki arti yang sangat bertolak belakang. Jika dijelaskan lebih rinci arti dari kedua istilah tersebut bahwa perjaka akan tetap dikatakan sebagai perjaka meskipun ia sudah bersetubuh dengan perempuan lain tetapi ia belum menikah, sedangkan konteks perawan akan berubah lebih rendah apabila perempuan tersebut bersetubuh dengan laki-laki lain di luar ikatan perkawinan meskipun belum menikah, maka disebut sudah tidak perawan.

Pengertian di atas seolah-olah tidak seimbang jika kita gunakan untuk konteks gender antara laki-laki dan perempuan. Arti di atas seolah-olah meninggikan derajat laki-laki dan membebankan perempuan, di mana seorang perempuan dapat dikatakan tidak perawan jika ia belum menikah tetapi sudah bersetubuh dengan laki-laki, sedangkan laki-laki berkebalikannya, lelaki dapat dikatakan tidak perjaka jika ia belum menikah saja. 

Jika dikaji dengan menggunakan kajian semantik, istilah ini merujuk kepada arti menyempit di mana kata tersebut memiliki penyempitan arti atau makna di masyarakat. Arti tersebut juga dapat dikatakan sebagai seksisme. Arti kata perjaka yang terdapat dalam KBBI merupakan kata seksisme yang merupakan penggunaan kata yang bertujuan meremehkan, mendiskriminasi atau menghina suatu kelompok, gender atau individu. Seseorang dikatakan seksisme jika orang tersebut mendiksriminasi gender lain. Seksisme terhadap perempuan seharusnya dapat ditiadakan. Jika kita lihat bahwa sebenarnya peran perempuan dan laki-laki di lingkup sosial adalah sama, keduanya sama-sama memiliki kesetaraan dalam bekerja, menerima upah dan juga dalam hak berpendapat.

Arti Perjaka dan Perawan dalam Lingkup Masyarakat

Kembali kepada persoalan awal tentang perjaka dan perawan yang memiliki ketimpangan arti, banyak perbedaan pandangan masyarakat yang mengartikan kedua istilah tersebut dan sudah melekat di tubuh masyarakat. Masyarakat lebih mengenal bahwa perjaka adalah seorang laki-laki yang belum pernah melakukan hubungan seks atau bersetubuh dengan lawan jenis, begitupun juga dengan arti perawan. 

Lantas ada pula yang mengatakan bahwa perjaka dan perawan adalah seorang laki-laki dan perempuan yang belum bersetubuh dan juga belum menikah. Dalam lingkup sosial, apalagi masyarakat Indonesia yang memiliki keberagaman dari berbagai bentuk yang telah dijelaskan di atas bahwa istilah perjaka dan perawan dapat dikategorikan sebagai bahasa yang arbitrer, dan telah disepakati oleh para penggunanya.

Masyarakat, jika ditanya arti dari perjaka dan perawan maka lebih banyak menjawab seseorang yang belum pernah bersetubuh dengan lawan jenis. Istilah perjaka dan perawan dalam KBBI sebenarnya masih kurang tepat jika diseimbangkan dengan kesepakatan yang terjadi di dalam masyarakat. Pengertian perjaka dalam kamus tersebut bisa dikatakan sebagai suatu perlakuan seksisme terhadap perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun