Mohon tunggu...
Hengky Dwi Cahyo
Hengky Dwi Cahyo Mohon Tunggu... Buruh - Tukang Nyeting Server Dell, HP, Sophos, Fortigate, Mikrotik dan Networking

CEO Hens Automotive Services - Bengkel Spesialis Electronic & Engine Mercedes Benz www.tokoplakat.id

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilkada DKI: Nahdatul Ulama (NU) Pemenangnya

4 Februari 2017   19:35 Diperbarui: 4 Februari 2017   19:40 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pilakada DKI udah mulai masuk masa tenang karena tanggal 15 Februari tinggal menghitung hari saja. Paslon juga sudah membuat kejutan-kejutan untuk menarik suara pemilih dengan cara berbeda-beda.

Masa kampanye pilkada DKI yang hanya terhitung bulan memang sangat terasa sangat menguras energi yang diwarmai dengan isu sara, penistaan agama, PKI, penghinaan ulama dan sadap-menyadap yang benar-benar membuat suasana perpolitikan Jakarta jadi membara sampai menyeret-nyeret pemerintah ke dalam pusara pilkada DKI.

Namun sudah tidak aneh mengingat strategi bapak mantan yang anaknya sedang nyalon itu bukan kali ini saja membuat strategi politik sara, PKI dan teraniaya. Karena kalau jeli dalam pilpres 2004 dan 2009 isu yang diangkat untuk bisa menang dua kali. Mestinya Guiness Book World of record mencatat bahwa satu-satunya presiden yang teraniaya dan didzolimi sebab dibanyak negara orang lebih mengenal sosok pemimpin lalim, diktator dzolim yang suka mendzolimi namun diluar kebiasaan baru Indonesia punya Presiden yang didzolimi entah yang mendzolimi siapa sampai sekarang saya juga tidak tahu mengingat mana mungkin rakyat seperti saya ini mendzolimi presiden yang pasukannya seabrek-abrek namum strategi itu kembali dan sekali lagi diulang mungkin dianggap masih ampuh. Pleaseworld of record membaca tulosan saya dan masukkan dalam record bahwa tidak hanya pemimpin lalim super dzolim yang ada dikolong langit ini akan tetapi ada pemimpin yang terdzolimi juga.

Dilain sisi memposisikan didzolimi namun dilain tempat strateginya menjadikam dirinya sebagai korek api yang bisa digunakan sebagai penyulut api isu SARA kapan saja. Namun kalau dituduh sebagai korek api maka akan kembali pada drama dzolimisasi bukan menyadari kesalahannya malah yang bilang kalau dia itu korek api langsung dicap sebagai orang jahat yang mendzolimi dia. Ya namanya strategi itu sah-sah saja tiada yang salah kok meskipun dilain sisi strategi ini bisa membawa perpecahan dan konflik sosial itu urusan nanti yang penting berjaya & menang.

Bahkan hanya sekelas Pilkada namun aroma strategi memecah belah dengan memunculkan tokoh cerita yang konon sampai pengikutnya mengkultuskan sebagai imam bes sampai offside kelakuan bahkan entah sadar atau tidak offside kelakuan sampai benar-benar mendelegitimasi ormas Nahdatul Ulama (NU) agar masyarakat islam mencap NU sebagai lembaga yang liberal dan kurang tegas membela agama Islam. NU benar-benar dibuat babak belur ketua bapak agil dicaci sebagai syiah, Gus Mus dicaci liberal dll. 

Jahat dan sangat jahat strategi ini bahkan dengan strategi konfik membuat KH Ma'ruf Amin berada pada posisi sulit sebab disatu sisi berada di ormas MUI disatu sisi sebagai RAIS NU sehingga posisi beliau jadi jelas tak kala pengacara gubernur deactive ahok mencecar pertanyaan soal penistaan agama ke KH Ma'ruf Amin yang diolah agar menjadi kasus baru penista ulama dengan kembali menjadi korek api buat ormas NU akan tetapi strategi sangat cantik dimainkan oleh NU yang memang marah karena RAIS NU diperlakukan demikian namun kemarahan yang sangat positif dan ciri khas kedewasaan ormas NU yaitu soal kekurang sopanan pengacara Ahok dan Ahok ditanggapi dengan hati panas namun otak tetap dingin kemudian Ahok minta maaf dan dimaafkan.

Dengan masalah ini ada banyak hal positif untuk NU yaitu KH Ma'ruf Amin akhirnya tidak lagi diposisi sulit sebab posisi beliau sudah diplot milik NU dan orang NU dimasa sesulit apapun akan merapatkan barisan menjadi pembela buat Ulama yang jadi panutannya. Dengan cara tersebut pula NU memagari KH Ma'ruf agar solid menjadi Ulama NU bukan milik ormas MUI apalagi ulama untuk ormas yang hobi demo dan menghujat.

Jelaslah kalau begini pilkada DKI itu yang menang NU karena NU bisa memperlihatkan kemasyarakat bahwa NU benar-benar mampu menjadi ormas penjaga pancasila, Ulama NU memiliki standart keilmuan paling layak untuk jadi panutan nyatanya ormas sebelah yang punya imam besar masih pinjam popularitas KH Ma'ruf Amin dan yang paling cantik untuk dilihat masyarakat adalah NU ormas yang berdiri lama bahkan sebelum merdeka dengan massa yang sangat besar namun begitu berhati besar, arif & bijaksana dalam menyelesaikan masalah. Setiap masalah bisa diselesaikan dengan kepala dingin tidak usah teriak-teriak hujat sana hujat sini toh kenyataanya masalah juga selesai dengan baik dengan saling memafkan, duduk bareng & musyawarah.

Kini masyarakat jadi melek kalau NU itu bukan hanya ormas lama namun NU juga diisi oleh orang-orang hebat meskipun sekilas dianggap ormas jadul & kurang modern. Ya memang dimana-mana kalau orang ilmunya tinggi lebih cenderung tidak kelihatan, tenang dan tidak grusa grusu. Sebab konon hanya tong kosong yang kalau dipukul berisik lagi nyaring.

Congrat NU - Sebagai orang jatim dan tumbuh besar dalam budaya NU makin salut saya Jempol dah...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun