Kekerasan simbolik pada perempuan Indonesia memang cukup kronis dan berlangsung tanpa disadari. Sehingga, meskipun kata ganti “dia” tidak dibedakan untuk laki-laki dan perempuan, tetapi diskriminasi gender sangat terasa.
Maka dari itu, rasanya kita masih sulit untuk menjauhi mis-gender di Indonesia. Apalagi sampai menyamakan toilet umum (tidak ada pembedaan men dan women atau male dan female) laki-laki dan perempuan. Karena sampai saat ini, pelaku kekerasan simbolik dan korban kekerasan simbolik masih beranggapan: kekerasan itu membawa nikmat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI