Mohon tunggu...
Hendriko Handana
Hendriko Handana Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa, menulis suka-suka

Pria berdarah Minang. Seorang family man humble. Hobi membaca, menulis, dan berolahraga lari. "Tajamkan mata batin dengan mengasah goresan pena"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Didikan Subuah Kito (1/2)

19 Juni 2020   08:08 Diperbarui: 19 Juni 2020   08:15 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi tiap Jorong, adalah menjadi gengsi tersendiri untuk menampilkan perwakilan anak-anak cemerlang yang pandai mengaji dan berpidato. Menyaksikan mereka yang mahir "ngaji bairama", Puti menjadi terpacu untuk lebih semangat belajar mengaji.

Gayung bersambut, TPA Aliman Sholihan, tempat Puti mengaji mendatangkan guru mengaji irama. Bahkan bersama beberapa sahabat, Puti juga mengikuti pelajaran tambahan setiap kamis malam bersama Bapak Karwismen di Islamic Center Koto Kociak, jorong sebelah. Urusan ngaji irama, Pak Karwismen ini memang legend seantero Kabupaten Lima Puluh Kota.

Ingatan Puti masih melekat kuat, terngiang Mars Didikan Subuh yang mereka nyanyikan tiap minggu:
"Didikan subuh di pagi hari
Belajar Quran dan hadis Nabi
Juga belajar budi pekerti tinggi
Semoga jadi muslim sejati"

Juga dengan alunan lagu-lagu Islami yang menjadi lagu andalan di bagian acara hiburan, bagian favorit anak-anak, seperti "hidup bagaikan sebatang pohon", "jika ayah bunda telah pergi, kamulah pembela agama dan bangsa" "jilbab, jilbab putih, bagaikan cahaya".

Nah kan, yang baco jadi terngiang-ngiang pulo kan irama lagunyo? Saraso nostalgia yoo...

Dunsanak pasti punyo banyak kenangan waktu Didikan Subuah kan? Saa nan ndak omuah soto dek takuk lolok pek Masojik jo asrama? Saa nan panakuk malu-malu ndak nomuah tampil, tapi sasudah dipaso malah jadi tagiah nio ma ulang baliak?
Haha... Buliah Sanak share carito di kolom komentar.


Dunsanak sekalian...

Kenapa sih harus dilaksanakan saat Subuh, bukan Zuhur atau Magrib? Lantas apa target utama didikan subuh?

Redaksi berhasil berbincang secara terpisah dengan 3 pembina Didikan Subuah dari 3 generasi berbeda. Mereka adalah Ibu Mimi Yuliati (akrab disapa Tek Mimi) yang aktif di tahun 80an sampai 2000an, Da Afrinal (akrab disapa Uda Inal) yang membina pada 90an, dan Kak Wela yang aktif membaur dengan angkatan muda pada tahun 2000an.

Yuk kita simak perbincangan redaksi dengan mereka pada tulisan bagian kedua.

Tunggu terus konten media Inspirasi Padang Jopang dengan Follow akun ini.

*****

(put/rik - fad - abr/han)

Narasumber: Bu Mimi, Da Inal, Kak Wela

#InspirasiPadangJopang #TunggakDakwah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun