Mohon tunggu...
Hendri Aprilianto
Hendri Aprilianto Mohon Tunggu... -

Seorang bapak satu orang istri dan satu orang anak. Lahir dan besar di Bumi Sri Gemilang.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Membangun Sikap Mandiri dan Wawasan Entrepreneurship

9 Februari 2010   05:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:01 1686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam suatu hadis yang panjang, diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa seorang sahabat dari kaum Anshar pernah datang kepada Nabi Muhammad SAW, untuk meminta sesuatu, lalu terjadilah percakapan sebagai berikut :

(+) “apakah masih ada sesuatu (yang kamu miliki) di rumahmu ?”
(-) “ada, ya Rasulullah. Barang yang masih ada hanyalah bekas kain pelana yang sebagian kami pakai dan sebagian lagi untuk tempat duduk, dan satu lagi mangkuk buat minum.”
(+) “Pergilah, ambil dan bawa keduanya ke sini !”

Lelaki Anshar itu berangkat dan mengambil barang miliknya yang terakhir di dunia ini, lalu menyerahkannya kepada Nabi. Nabi lalu menghimpun orang-orang yang ada, kemudian menjual barang-barang tersebut secara lelang ditengah orang banyak.

(+) “Siapakah yang mau membeli barang ini ?”
(-) “Saya mengambilnya dengan harga satu dirham,” kata seorang.
(+) “Siapa yang berani melebihinya ?” kata Nabi, Beliau mengulangi pertanyaan itu tiga kali.
(-) “Saya mau mengambilnya dengan harga dua dirham,” kata seorang lainnya.

Diberikan barang itu kepada si pembeli. Kemudian Nabi menyerahkan uang tersebut kepada laki-laki Anshar itu, lalu beliau bersabda kepadanya :
separuh uang ini kamu belikan makanan untuk keluargamu dirumah dan separuhnya lagi kamu belikan kampak dan bawalah kepadaku disini.”

Sahabat dari Anshar itupun segera memenuhi perintah Nabi kemudian ia kembali kehadapan Nabi dengan membawa kampak yang baru dibelinya. Nabi menyambutnya seraya memegang erat tangannya dan menyerahkan sebatang kayu kedalam tangannya, sambil bersabda :
“Berangkatlah engkau sekarang mencari dan menebang kayu, kemudian menjualnya (lanjutan hadis diatas). Janganlah kamu menjumpaiku dalam waktu lima belas hari !”

Laki-laki itu pergi kebukit untuk mencari kayu kemudian menjualnya. Sesudah lewat lima belas hari, dia datang kembali kepada Nabi, dan tangannya menggenggam uang sebanyak sepuluh dirham. Sebagian uang itu dibelikannya pakaian, sebagiannya lagi untuk makanan, sedangkan sisanya disimpannya untuk menjadi modal selanjutnya. Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda kepadanya :
“Perbuatan ini lebih baik bagimu daripada kamu hidup mengemis dan meminta-minta, yang nanti akan menjadi cacat bagi mukamu pada hari kiamat. Sesungguhnya kerja meminta-minta tidaklah dibolehkan, kecuali pada tiga saat yang genting : pada saat kemiskinan (kelaparan) yang sangat, pada saat utang yang sangat memberatkan, atau karena pembayaran denda yang menyedihkan.”

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Tirmidzi mengatakan hadis ini hadis hasan.

Dalam kehidupan kita selaku umat muslim dan selaku umat Muhammad SAW di zaman yang serba canggih sekarang ini, ada banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil dari hadis tersebut. Yusuf Qardhawi dalam Musykilatl Faqri wa Kaifa ‘Alajahai Islam panjang lebar mengungkapkan komentar tentang hadis ini.

Namun saya tidak akan mengutip apa-apa yang diungkapkan oleh beliau (Yusuf Qardhawi). Saya hanya ingin mengungkapkan dan mengaktualisasikan sebagaimana yang saya fahami setelah saya membaca dan merenungkan makna dari perkataan Rasulullah yang mulia ini dengan konteks kekinian sebagaimana hidup dan kehidupan masyarakat disekitar kita dalam berbangsa dan bernegara saat ini.

Apa yang tergambar disini adalah bahwa Nabi setelah mendengar dan mengetahui persoalan yang dihadapi oleh sahabat dari kaum Anshar tersebut tidak serta merta memenuhi apa yang diminta sahabat Anshar itu, namun Beliau membimbing dan mengarahkan untuk mencoba menyelesaikan sendiri persoalan hidupnya dengan kemampuan dan daya serta sumber daya yang ada pada sahabat Anshar tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun