Mohon tunggu...
Hendri Nova
Hendri Nova Mohon Tunggu... -

saya sudah menikah

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Konspirasi di Atas Konspirasi di Balik Penggalakkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)

3 Mei 2015   21:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:25 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau sudah dapat banyak jawaban memuaskan, saya masih ragu untuk membeli Non Tunai. Padahal waktu itu, hampir semua bank yang sudah melayani Non Tunai, membuka stand dalam acara peresmian.

Sampai pada akhirnya, saya pergi ke Jakarta karena menang lomba OJK waktu itu sebagai juara II. Saat naik Busway, di sanalah saya merasakan pentingnya Non Tunai. Apalagi saat naik kereta api ke Kota Tua, antrian pembayarannya itu membuat saya tidak sabar.

Akhirnya saya luluh dan harus mengakui, kalau Non Tunai benar-benar mempermudah kehidupan. Tak menunggu waktu lama, saya akhirnya membeli satu kartu Non Tunai untuk keperluan transaksi di mall-mall dan supermaket.

Tentu saya berharap, agar fasilitas-fasilitas umum di tempat tinggal saya seperti TransPadang, SPBU, dan lainnya, segera dipasangi Non Tunai. Gerak cepat BI untuk menjalin kerjasama dengan Pertamina sangat saya harapkan, agar tak lagi repot membayar secara tunai.

Konspirasi di Atas Konspirasi

Setelah merasakan langsung kemudahan dan kebaikan Non Tunai di lapangan ini, akhirnya saya berpikir pula akan konspirasi di atas konspirasi di balik pengungkapan rahasia dalam novel yang saya baca tersebut. Jangan-jangan ini satu usaha untuk tetap merawat korupsi di tengah-tengah kehidupan.

Jika orang-orang termakan rencana itu, maka mereka enggan memakai Non Tunai dalam bertransaksi. Akhirnya, kejadian-kejadian tangkap tangan dengan yang uang tunai dalam jumlah besar seperti yang ditangkap KPK, akan terus terjadi.

Non Tunai juga akan membuat pengusaha uang palsu mati kutu. Sebagaimana diketahui, setiap hari-hari besar, pemilu, atau hari-hari biasa sekalipun, pengedar uang palsu tak habis-habis.

Mereka selalu berani mengedarkan uang palsu, walau terancam masuk penjara. Jika Non Tunai memasyarakat, jelas mereka tidak akan bisa lagi mengedarkan uang palsu.

Berbekal pengalaman inilah saya akhirnya ikut memasyarakatkan Non Tunai. Tentu saya juga menyelipkan nasehat, agar kartunya tidak terlalu banyak diisi uang, isi seperlunya saja.

Tindakan ini akan menghemat dari belanja boros, seperti saat memakai uang tunai. Pastinya belanja lebih terkontrol, karena sesuai dengan bujet yang dibawa hari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun