Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumni Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pattimura

Blogger di www.sudutplambon.com, banyak membahas seputar dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melawan Rasisme di Dunia Pendidikan

6 Desember 2022   23:17 Diperbarui: 7 Desember 2022   14:33 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tahukau.com 

Perilaku rasisme merupakan suatu tindakan atau perilaku dan ketidaksetaraan yang didasarkan oleh perbedaan baik itu oleh warna kulit, suku, ras dan asal-usul seseorang yang menjadikan adanya batasan atau pelanggaran hak serta kebebasan seseorang.

Rasisme juga kerab diartikan sebagai suatu kepercayaan bahwa manusia dibagi menjadi kelompok-kelompok yang tepisah.

Perlakuan rasial di dunia pendidikan pada dasarnya adalah suatu pengkhianatan terhadap tujuan pendidikan itu sendiri dan tanpa kita sadari di Indonesia rasisme telah tumbuh subur dalam lingkup dunia pendidikan.

Padahal dunia pendidikan haruslah menjadi tempat filter pemikiran generasi muda untuk bisa berpikir lebih toleran agar kelak ketika keluar di masyarakat, budaya toleransi terhadap sesama bisa disebarkan.

Peranan pendidik sangat diperlukan dalam menjadi motor penggerak memberantasi perilaku rasis di dunia pendidikan. Namun, apa boleh buat jika perilaku rasis itu muncul dari oknum-oknum pendidik yang sengaja menyemai perilaku yang tidak etis itu ke dalam otak peserta didik.

Pernahkah anda mendengar berita mengenai seorang guru yang mengajak siswanya untuk tidak memilih calon ketua osis non-muslim? Berita itu sempat viral pada bulan April 2020 silam, yang mana kejadian tersebut terjadi disalah satu sekolah di Jakarta Timur.

Sebenarnya, hal serupa banyak terjadi pula di tempat lain, baik itu di sekolah maupun kampus. Namun, persoalan tersebut belum kelihatan muncul ke permukaan. Ada oknum-oknum tertentu yang berusaha memprovokasi peserta didik dari kalangan tertentu untuk memilih calon pemimpin yang seagama, sesuku atau memiliki ikatan kekerabatan lainnya.

Oknum-oknum tersebut menggunakan kedudukan mereka untuk mengintimidasi peserta didik agar ikut arahan mereka agar melakukan tindakan rasial.

Memang sungguh miris, mereka melakukan doktrinisasi sesat itu pada momen-momen tertentu, di saat mereka yang punya garis ikatan yang sama berkumpul kemudian menyusupi paham tersebut. Seakan itu menjadi sesuatu yang baik dan dibiarkan tumbuh subur di kepala peserta didik.

Perilaku rasis juga tanpa kita sadari berkembang bebas di dalam dunia organisasi ekstra kampus. Namun, tidak semua organisasi ekstra dicap demikian. Ada pula yang berusaha keras melawan tindakan tersebut.

Namun, beberapa oknum di dalam organisasi ekstra yang berbau agamais maupun kesukuan seakan dijadikan tempat oleh oknum tersebut untuk menyebarkan paham rasisme terhadap kaum mayoritas agar lebih berkuasa ketimbang kaum minoritas.

Apalagi saat momentum pemilihan di Organisasi Intra Kampus, mereka akan berlomba-lomba untuk menyusupi mahasiswa lainnya agar memilih orang tertentu dengan cara melakukan tindakan politik identitas. Parahnya lagi, oknum dosen yang dalam tanda kutip merupakan senior mereka akan menjadi garda terdepan dalam proses pendoktrian tersebut.

"Kalian tidak boleh memilih calon A karena dia beragama B"

"Jangan pilih si C karena dia bukan berasal dari daerah kita"

"Kita harus memilih orang dari agama kita"

"Jangan dukung si D karena dia bukan anggota organisasi kita"

Pasti, perkataan-perkataan tersebut pernah kalian dengar. Selain itu, perilaku tidak mengenakan juga terjadi kepada mahasiswa perantau dari daerah luar yang datang untuk berkuliah di suatu tempat. Oknum dosen maupun mahasiswa bakal melakukan tindakan rasis yang tidak mengenakan terhadap mereka.

Misalnya, seperti tidak ingin bergaul dan kerab mendapatkan perilaku berbeda lantaran karena perbedaan warna kulit dan rambut serta faktor lainnya.

Bukan hanya secara fisik, tapi perlakuan rasis juga biasa terjadi melalui perkataan serta hinaan yang seakan itu hanya sekedar candaan belaka. Kemudian stereotip dan juga hinaan terhadap bentuk fisik, diskriminasi dan perlakuan intimidasi.

"Kau anak perantau di sini, jadi ikuti saja alur mainnya. Jangan banyak protes! Ini daerah kami." Begitulah kira-kira perkataan rasisme yang berusaha mengintimidasi mereka yang berstatus sebagai perantau.

Perilaku rasisme di dunia pendidikan sangat disayangkan kalau terus terjadi dan tumbuh subur di pupuk oleh oknum pendidik yang dengan sadar menyebarkan hal tersebut. Seharusnya, keberagaman yang ada harus disikapi sebagai suatu anugerah dari sang pencipta yang menjadi suatu faktor positif untuk belajar satu sama lain dan saling menghargai.

Dengan pendidikan, seharusnya seseorang harus menyaring dan menimbang suatu bukti dan membedakan mana yang salah dan mana yang benar, yang nyata dan tidak, fakta dan fiktif.

Maka dari itu, pendidikan justru harus menjadi tempat pembinaan generasi muda untuk melawan dan menangkal persoalan rasisme, intoleransi dan diskriminasi agar kelak dapat membangun masyarakat yang toleran.

Mari lawan dan tuntaskan persoalan rasisme di lingkungan sekitarmu! Jangan biarkan terus berkembang biak di sekitar kalian karena akan memecah belah bangsa Indonesia tercinta ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun