"Apa harta berharga bangsa ini?"
      Malam ini Adi sibuk berpikir mencari jawaban atas pertanyaan ayahnya itu. Adi berkali-kali menjawab, tetapi menurut ayahnya tidak tepat.
      "Emas? Hutan? Air? Tumbuhan? Padi?" Adi berusaha memastikan jawabannya benar.
      "Bukan, bukan. Harta berharga bangsa ini takkan menyusut. Terus tumbuh setiap hari. Berkembang setiap hari," jelas Ayah.
      "Uang rupiah, Yah?" jawab Adi, tak menyerah.
      "Rupiah nilainya tidak stabil. Bisa merosot. Harta berharga bangsa ini sungguh berharga. Sangat bernilai, Adi," terang Ayah.
      Adi suka bermain tebak-tebakan dengan ayahnya. Bisa mengasah pikiran dan menajamkan ingatan, bahkan melatih imajinasi. Setiap Adi mengajukan pertanyaan ke ayahnya, ayahnya selalu bisa menjawab. Ketika giliran ayahnya bertanya, Adi berusaha menjawab.
      "Bung Karno lahir 6 Juni 1901, wafat 21 Juni 1970," jawab Adi ketika ditanya kapan lahir dan meninggalnya presiden pertama Indonesia itu.
      "Di mana Bung Karno lahir? Makamnya di mana?" tanya Ayah.
      "Lahir di Surabaya. Dimakamkan di Blitar," Adi menjawab tangkas.
      "Pada 1 Juni, hari lahir Pancasila. Apa saja sila-sila dalam Pancasila?" Ayah bertanya lagi. Kalau soal ini sih gampang, Adi sangat hafal sila-sila Pancasila.