Mohon tunggu...
Hendra Purnama
Hendra Purnama Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman yang diakui negara

Penulis yang tidak idealis, hobi menyikat gigi dan bernapas, pendukung tim sepakbola gurem

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Hal-Hal yang Hilang Ketika Anak Tumbuh Dewasa

26 November 2022   10:18 Diperbarui: 26 November 2022   10:36 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu hal yang paling membanggakan dari menjadi orang tua adalah melihat anak tumbuh dewasa. Namun hal ini pun sering kali mengejutkan karena pertumbuhan anak-anak ini seringkali terjadi dengan kecepatan yang mencengangkan. Sering kita dengar ada seseorang cerita tentang anaknya atau malah kita rasakan sendiri, "Kok anak ini udah gede aja? Kapan membesarnya? Perasaan dulu hobinya minta gendong, sekarang kok hobinya minta duit!".

Ya, orang tua seringkali dilanda keterkejutan seperti ini. Padahal anak itu tumbuh dan berkembang di depan matanya, tapi tetap saja ada rasa terkejut. Nah, ketika anak sudah tumbuh dewasa, banyak perubahan yang terjadi, beberapa yang saya catat adalah:

#1 Susah disuruh mijit

Sudahlah, urusan yang satu ini akan hilang seiring umur bertambah. Pas anak-anak itu mash kecil, mijit atau nginjek-nginjek punggung adalah sebuah petualangan buat mereka. Anak-anak dengan senang naik-naik ke punggung ayahnya, lompat-lompat, atau---kalau ibunya memang sering memberi contoh mijit---mereka dengan senang hati menirukannya meski dengan pijitan yang seadanya. Ketika kecil, anak-anak merasa kegiatan memijit adalah bagian dari permainan dan membangun kedekatan emosional.

Namun seiring waktu berjalan, paling tidak usia SMP, memijit berubah jadi beban. Ketika disuruh memijit, yang mereka pikirkan adalah "perintah ini mengurangi waktu saya bergembira!". Akhirnya kalau disuruh mijit, meski cuma mijit kaki sebelah doang, anak-anak ini akan menolak, atau kabur-kaburan, atau melakukan seadanya dengan terus melancarkan rayuan-rayuan agar mereka segera dibebastugaskan dan bisa kembali ke kamarnya.  

Buat orang tua yang anak-anaknya nggak pernah males kalau disuruh mijit, beruntunglah kalian. Paling tidak setelah kerja berat seharian, ada kelegaan dengan melihat anak masih mau berbakti dengan hal "remeh" seperti pijatan di kaki. Namun kalau ternyata sebaliknya, ya sudah yang sabar-sabar aja.

 

#2 Mulai terjadi perdebatan

Nah ini juga masalah. Orang tua biasanya akan kaget ketika anak mulai berani mendebat semua keputusan dan larangan. Masalahnya, kebiasaan ini terpupuk sejak balita. Ketika mereka mulai belajar bicara, mereka akan mulai juga mempertanyakan semua aturan di rumah. Masalahnya, pas balita mereka itu lucuuuuuu! Bayangkan balita dengan ocehannya yang tidak jelas dan logika kebalik-balik, alih-alih marah kita malah ingin menjadikannya konten TikTok.

Namun menjelang usia SMP, fungsi perdebatan ini jadi berbeda. Perdebatan ini benar-benar jadi lahan beradunya dua argumen: orangtua yang merasa benar karena lebih punya pengalaman hidup, melawan anak yang merasa orang tua mereka tidak paham dunia mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun