Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kronik Perang Puputan Margarana

20 November 2022   05:30 Diperbarui: 20 November 2022   07:10 3330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Bjara Sandhi, Bali (Sumber: dokpri)

Sekitar pukul 09.00 WIB, pasukan NICA terlihat semakin banyak di area terbuka, sambil mengamati area subak Uma Kaang. Mereka tidak mengetahui, bahwa dihadapannya telah bersiap pasukan Ciung Wanara dalam posisi menembak. Satu tembakan dari I Gusti Ngurah Rai, sebagai isyarat melakukan serangan pun menyalak dari pistolnya.

Dor! Serentetan tembakan pun serempak menyalak menerjang pasukan NICA yang lengah. Puluhan pasukan NICA yang berada di barisan depan pun tumbang seketika. Sisanya langsung kocar-kacir mencari perlindungan sambil memberi serangan balasan. Bahkan mereka berupaya menyerang posisi pasukan Ciung Wanara dari sisi timur dan barat laut, semua nihil.

Posisi pasukan Ciung Wanara lebih unggul, sedangkan dalam upaya serangan balasan, sudah tumbang ratusan pasukan NICA yang tengah kacau karena tidak siap menghadapi sergapan. Terhitung ada sekitar 300an tentara musuh yang tewas dalam raid pertama di desa Marga. Sedangkan di pihak Republik, puluhan pahlawanan telah gugur berkalang tanah.

Sisanya terus melakukan serangan gencar, walaupun pasukan NICA kemudian berupaya melakukan serangan balasan melalui udara. Mereka (NICA) yang tersisa akhirnya memilih bertahan di desa Marga dan Tunjuk, sambil menyandera penduduk desa untuk memberi tekanan terhadap pasukan Ciung Wanara.

Tetapi percuma, penduduk desa memihak sepenuhnya kepada pasukan I Gusti Ngurah Rai. Hingga menjelang siang, pasukan NICA terus bertambah di sekitar desa, mereka datang dari sektor Tabanan, Denpasar, dan Negara. Karena dalam agenda berikutnya, mereka hendak melakukan raid kedua untuk menyerang posisi pasukan Ciung Wanara yang masih bertahan.

Nah, karena memilih bertahan dalam posisi melintang, para pasukan Ciung Wanara yang satu persatu tumbang pada akhirnya membuat pola melingkar untuk melakukan serangan frontal. Selain itu, lambat laun gerakan musuh ternyata berhasil mengepung pasukan pejuang di area sayap hingga mundur ke area tengah.

Sekitar pukul 12.00 WIB, pesawat B24 berjenis bomber datang ke arena baku tembak. Pesawat tersebut menembaki posisi pasukan Ciung Wanara yang terlihat terbuka dari udara. Aksi bombardemen dari udara pun tak luput dalam peristiwa ini. Sebuah perlawanan sengit yang ditujukan demi tetap berkibarnya Merah Putih di pulau Dewata.

Usai bombardemen, pasukan NICA pun merangsek maju menghadapi pasukan Ciung Wanara yang telah terpojok. Tetapi mereka tidak menyerah! Seketika, teriakan Puputan dari I Gusti Ngurah Rai pun menggema dari pasukan Ciung Wanara yang tersisa. Perintah Puputan menggema karena I Gusti Ngurah Bagus Sugianyar gugur terkena tembakan.

Pasukan Ciung Wanara bergerak keluar area pertahanan sambil menembaki pasukan NICA yang juga bergerak maju. Aksi patriotik ini berlangsung hingga menjelang sore hari. Dengan hasil, seluruh pasukan Ciung Wanara gugur sebagai kusuma bangsa, termasuk I Gusti Ngurah Rai. Sedangkan total pasukan NICA yang tewas sekurangnya ada 400 tentara.

Begitu hebatnya perlawanan yang dilakukan oleh pasukan Ciung Wanara dalam peristiwa Puputan Margarana. Hingga pasukan NICA yang hendak memeriksa lokasi dari pasukan pejuang yang gugur pun harus menjadikan penduduk sebagai perisai hidup. Mereka menggiring penduduk desa dengan cara membentang sambil memeriksa keadaan.

Sedangkan di pihak Republik, ada 96 pasukan Ciung Wanara yang berjuang sampai titik darah penghabisan hingga akhir pertempuran. Termasuk 5 pejuang Jepang yang memilih bergabung dengan barisan pejuang Republik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun