Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kronik Perang Puputan Margarana

20 November 2022   05:30 Diperbarui: 20 November 2022   07:10 3330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah beberapa saat melakukan konsolidasi pasukan di Banjar Ole, pasukan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) I Gusti Ngurah Rai berhasil menghimpun sekurangnya ada sekitar 70 pasukan. Diantaranya adalah sekelompok pasukan yang bergerak hingga di sekitar Denpasar, untuk memberikan perlawanan sporadis terhadap posisi tentara NICA.

Persenjataan musuh yang berhasil direbut di Tabanan, langsung dipergunakan untuk memperkuat pasukan tempurnya. Sejak tanggal 19 November 1946, persiapan aksi-aksi perlawanan terhadap NICA berhasil disusun oleh para pejuang Republik. Usai melakukan sembahyang, I Gusti Ngurah Rai kemudian menamai pasukannya menjadi Ciung Wanara.

Selama bergerilya, pasukan Ciung Wanara mendapatkan dukungan penuh dari rakyat Bali, dengan cara memberi tempat-tempat persembunyian dari pasukan NICA. Wayan Sudarta dalam buku "Puputan Margarana, Pertempuran Terdahsyat pada Masa Revolusi Fisik di Bali", pun memberikan abstraksi yang sama. Bahkan rakyat Bali bersikap saling melindungi dan rela mati demi kemerdekaan.

Terlebih selama di Banjar Ole, rakyat desa bahkan sampai memberikan pementasan seni (tari Jangger) untuk para pasukan yang beristirahat. Sedianya, malam itu juga, pasukan Ciung Wanara bergerak menuju desa Kelaci untuk melanjutkan gerilya. Tetapi, di desa ini, seluruh pasukan memilih untuk beristirahat seraya berjaga untuk mengawasi situasi sekitar desa.

Pagi, tanggal 20 November 1946, pasukan Ciung Wanara mendapatkan kabar bahwa desa Marga tengah dikepung oleh NICA. Sekitar 60 tentara NICA bersenjata lengkap mengurung desa dari arah selatan. Ditambah pasukan lain NICA dari utara yang mulai bergerak masuk ke area desa.

Hal ini sontak membuat I Gusti Ngurah Rai bersiap untuk langsung mengadakan kontak. Bahkan disepanjang jalan desa Tunjuk, sudah banyak kendaraan NICA yang hilir mudik sambil memantau area. Lokasi desa Kelaci memang berada diantara desa Tunjuk dan Marga. Ciung Wanara bersiap dengan sikap steling guna menghadapi segala kemungkinan.

Tetapi, informasi yang datang kembali menjadi lebih genting. Tatkala penduduk desa Marga dikumpulkan oleh NICA di tengah area pasar, sambil diintimidasi dan diinterogasi. Beberapa diantaranya bahkan ada yang telah dibunuh. Lantaran tidak mau memberi tahu posisi pasukan Ciung Wanara pimpinan I Gusti Ngurah Rai berada.

Melalui area subak Uma Kaang, seluruh pasukan Ciung Wanara bergerak perlahan mendekati desa Marga untuk sekiranya dapat memberi perlawanan. Dengan strategi membentuk cekungan di area persawahan Nang Rudeh, pasukan inti segera memperlebar sayap, dengan pusat komando di Pura Ulun Suwi. Perang sudah dapat dipastikan terjadi di daerah ini.

Dilain pihak, pasukan NICA semakin keras menindas penduduk desa Marga, hingga melakukan perusakan terhadap setiap rumah yang dicurigainya. Mereka menyisir seluruh area desa, hingga mencapai area subak Uma Kaang, lokasi steling pasukan Ciung Wanara. Nah, sampai titik inilah kemudian klimaks baku tembak terjadi dengan dahsyat.

Tetapi, serangan belum dilakukan. I Gusti Ngurah Rai tetap menunggu situasi yang tepat, walau sekelompok pasukan NICA telah masuk jarak tembak. Disini dapat disimpulkan, strategi yang diterapkan pasukan Ciung Wanara memang sungguh menentukan jalannya pertempuran. Posisi pasukan Republik berada diantara rerumputan yang tinggi, sedangkan NICA berada di area lapang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun