Bahkan generasi saat ini kemungkinan besar tidak pernah mengetahui, bahwa terjadinya peristiwa penting Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia terjadi pada bulan Ramadhan 1334 H. Sebuah otokritik terhadap orientasi kesejarahan bangsa kini. Bahwa pengenalan sejarah bangsa tidak sepenuhnya realistik sesuai fakta historisnya, terlebih pada masa learning loss. Wawasan sejarah kebangsaan sedikit demi sedikit tersisihkan dari tujuan dari sebuah bangsa yang besar.
Prosesi Proklamasi Kemerdekaan yang nyaris dilupakan juga sejatinya memberi pandangan negatif bagi karakter generasi bangsa ini. Semisal, pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dibentuk satu hari menjelang malam Ramadhan, dimana esok harinya, bom atom meluluhlantakkan Nagasaki usai Hiroshima. Praktis, usai Nagasaki dihancurkan, Jepang memutuskan untuk mengakhiri keterlibatannya pada Perang Dunia 2 di kancah Asia-Pasifik.
Tanggal 2 Ramadhan, Soekarno, Hatta dan Radjiman Wideodinigrat bergegas ke Dalat, Vietnam, untuk membicarakan kemerdekaan dengan Jenderal Terauchi. Dimana tepat pada tanggal 6 Ramadhan, Jepang menyerahkan kekuasaannya kepada Sekutu. Hal inilah yang kemudian membuat para pemuda dibawah Sutan Syahrir bergerak untuk meminta Proklamasi Kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan.
Usai shalat tarawih, para pemuda kemudian bergerak menuju kediaman Soekarno. Mereka punya misi membawa Soekarno dan Hatta keluar dari Jakarta yang dianggap tidak aman. Kita ketahui, bahwa rencana tersebut adalah upaya pemuda, untuk menuntut Proklamasi segera dilaksanakan. Tepatnya di Rengasdengklok, pada tanggal 8 Ramadhan, usai sahur dengan menu ala kadarnya, upaya pemuda mendesak kedua tokoh Republik itu batal dilaksanakan.
Bung Karno bersikukuh, untuk tidak tergesa-gesa dalam memproklamirkan kemerdekaan, karena beranggapan bahwa Jepang masih memiliki kekuatan besar di Indonesia. Khususnya terkait dengan rekomendasi dari K.H. Abdoel Moekti dari Muhammadiyah, yang pernah berujar bahwa Proklamasi Kemerdekaan baiknya dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945, atau 9 Ramadhan 1334 H. Dimana keyakinan Bung Karno didukung sepenuhnya oleh K.H. Hasyim Asy'ari, agar tidak ragu dan takut.
Seperti yang dikemukakan oleh Ahmad Mansyur S. dalam buku Api Sejarah II, "sejak pertemuan Dalat, Bung Karno meyakini bahwa tanggal 17 merupakan angka keramat, dimana Al-Qur'an diturunkan tepat tanggal 17 pada bulan Ramadhan". Dari berbagai sudut pandang peristiwa yang saling berkaitan ini, tentu saja dapat disimpulkan bahwa, Proklamasi Kemerdekaan tidak bisa serta merta diproklamirkan. Melainkan banyak aspek yang harus diperhitungkan dan dipersiapkan.
Tepatnya di kediaman Laksamana Maeda, seorang petinggi militer Jepang yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Beliau memberikan jaminan untuk Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo, berembuk untuk menyusun naskah Proklamasi. Rapat usai pada pukul 03.00 , dan dilanjutkan dengan santap sahur dengan menu roti, telur, dan ikan sarden. Semua dalam kondisi keterbatasan, dan tengah bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan.
Kronologis itu diungkapkan oleh Moh. Hatta dalam buku Menuju Gerbang Kemerdekaan. Kewajiban berpuasa dalam suasana apapun, harus tetap dilaksanakan. Karena ada doa dan harapan yang niscaya dikabulkan oleh Tuhan YME bagi hambanya. Hingga pagi hari di kediaman Soekarno, keputusan Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia akan dikumandangkan. Dalam proses singkat, dan dengan dukungan segenap rakyat Indonesia yang bersiap.
Semua turun rembuk menjaga Proklamasi untuk dapat dilaksanakan dengan lancar, walau puluhan tentara Jepang terlihat bersiaga. Tidak hanya bersama umat Islam, umat beragama lainnya pun turut terlibat dalam prosesi Proklamasi. Saling menjaga dan menghormati tentu menjadi kunci persatuan dan kesatuan. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pun kemudian dibacakan tepat pada 9 Ramadhan 1334 H, atau pada 17 Agustus 1945.
Semoga informasi ini dapat mengingatkan kita, untuk terus menjaga khazanah sejarah bangsa secara terbuka. Agar validitas sejarah dapat terjaga, dan mampu menjadi referensi generasi saat ini ketika mempelajari sejarah bangsanya sendiri.