Kisah Kepahlawanan dari Nusa Barong
Seperti telah diungkit diatas, perlawanan rakyat Blambangan terhadap monopoli perdagangan VOC memantik terjadinya sebuah perang besar di ujung timur pulau Jawa. Perlawanan yang dikenal dengan Perang Bayu ini merupakan sebuah perang puputan hingga menimbulkan korban sekitar 60 ribu jiwa.
Kekejaman VOC dalam melakukan pembersihan para pejuang Blambangan ketika itu diceritakan telah melebihi batas-batas kemanusiaan. Hingga para pejuang yang tersisa, berhasil mundur ke Nusa Barong untuk membangun basis perjuangan kembali.
Sekitar 1000 jiwa mengungsi ke pulau ini untuk meneruskan perjuangan Pangeran Jagapati beserta panglima perangnya Mas Jagalara yang telah gugur dalam peristiwa puputan Bayu. Mereka dipimpin oleh Keboundha untuk kembali menyusun strategi dan kekuatan guna balas menyerang VOC .
Unjuk kekuatan itu dilancarkan pada 1773 di Pantai Puger dengan target kapal-kapal VOC. Aksi balasan ini dilakukan bersama-sama pasukan Sayu Wiwit yang tengah berada di area Puger dan bertindak sebagai bala bantuan.
Kekuatan persenjataan yang tidak berimbang, pada akhirnya membuat para pejuang Nusa Barong beserta Sayu Wiwit gugur di lokasi pertempuran. Sedangkan yang tersisa kembali lagi ke Nusa Barong untuk bertahan dari gempuran VOC.
Nusa Barong Kini
Akses perjalanan ke Nusa Barong saat ini dapat dikata lebih mudah karena banyak integrasi transportasi yang memudahkan wisatawan mengaksesnya. Berbekal gadget maka informasi juga dengan mudah didapatkan bagi kita yang hendak berwisata kesana.
Daya tarik pariwisata yang tengah dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, khususnya Pemerintah Kabupaten Jember di Nusa Barong, sudah sewajibnya mendapatkan dukungan serta apresiasi positif dari masyarakat. Membangkitkan perekonomian rakyat harus menjadi tujuan utama sosialisasi wisata.
Tidak sekedar berwisata dengan tujuan menikmati nuansa alamnya yang eksotik, melainkan pula membangun kesadaran edukatif mengenai kisah heorisme di Nusa Barong. Tujuan lainnya adalah upaya membangun rasa cinta terhadap alam sebagai anugerah pemberian Tuhan yang harus dijaga kelestariannya.
Kekayaan alam beserta flora dan fauna di Indonesia juga harus terus dilestarikan dan dijaga. Tidak perlu menunggu orang lain untuk bergerak, tetapi mulailah dari diri kita sendiri. Dengan harapan, anak cucu kita kelak masih dapat menikmati eksotisme alam Indonesia beserta khazanah sejarah bangsanya.