Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Vibes Natal, Toleransi dan Moderasi Beragama: Fragmen Kota Kita

27 Desember 2022   18:00 Diperbarui: 27 Desember 2022   17:59 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase berita jelang Natal 2022 di Surabaya (sumber media: tertera)


Melansir sumber situs resmi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, pemasangan ornamen Natal ini adalah bentuk baru yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sebagai wujud komitmen Pemkot Surabaya dalam menjaga semangat toleransi dan keharmonisan untuk menghormati umat beragama yang ada di dalamnya.

Kawasan Alun-Alun Surabaya tampak lebih cantik dalam suasana ornamen Natal yang menyertainya (dok. pribadi)
Kawasan Alun-Alun Surabaya tampak lebih cantik dalam suasana ornamen Natal yang menyertainya (dok. pribadi)

Membangun Moderasi Beragama

Sejak 2019 lalu, Kementerian Agama (Kemenag) punya misi khusus mempromosikan soal "Moderasi Beragama". Hal ini dilatarbelakangi menjamurnya ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya hubungan antarumat beragama. Problem yang rentan dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini.

Moderasi beragama sendiri adalah cara pandang dalam beragama secara moderat. Sebuah bentuk pemahaman dan pengamalan ajaran agama dengan tidak ekstrem; baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.

Ekstrem kanan adalah kutub yang sangat kaku dalam beragama. Memahami ajaran agama dengan membuang jauh-jauh penggunaan akal. Artinya, ia menutup mata perkembangan realitas yang ada dan cenderung menghasilkan pemahaman yang tekstual.


Sebaliknya, ekstrim kiri justru sangat longgar dan bebas. Kebebasan tersebut tampak pada ajaran yang terlalu memberikan porsi lebih pada akal atau realitas dalam memahami sebuah permasalahan. 

Menjadi moderat bukan berarti menjadi lemah dalam beragama. Menjadi moderat bukan berarti tidak memiliki militansi atau tidak sungguh-sungguh dalam mengamalkan ajaran agamanya.

Pernak-pernik ornamen Natal menghiasi kawasan publik Balai Pemuda. Siapapun bisa menikmatinya (dok. pribadi)
Pernak-pernik ornamen Natal menghiasi kawasan publik Balai Pemuda. Siapapun bisa menikmatinya (dok. pribadi)

Toleransi dari Hati

Dari pengertian di atas, bukan berarti kota yang didaulat menjadi "Kota Toleran" (termasuk Surabaya) tidak ada riak di dalamnya. Ambil contoh paling terbaru "kasus" di Kota Pahlawan ini melalui tangkapan layar berita di bawah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun