Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Berbagi Kisah Kasih (Natal)

11 Desember 2021   20:01 Diperbarui: 11 Desember 2021   20:06 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masih dapat "berbagi pada sesama" adalah salah satu cara bersyukur (foto: dok. pribadi)

Mengenang kembali masa-masa seperti ini tentu menjadi cerita yang tak 'kan terlupakan. Jauh penuh syukur adalah mereka yang hingga akhir tahun ini masih tetap baik-baik saja, sehat selalu.

Berkerja dan melayani sesama (foto: dok. pribadi)
Berkerja dan melayani sesama (foto: dok. pribadi)

Natal, Erupsi Semeru dan Kewaspadaan Dini

Desember adalah bulan yang penuh kebahagiaan buat umat kristiani pada khususnya. Walaupun sebenarnya secara esensial, peristiwa Paskah punya makna yang lebih agung dan dalam, namun gebyar Natal tak bisa dimungkiri jauh tampil lebih semarak.

Pandemi yang mengharuskan ibadah berganti secara online, pada satu sisi sebenarnya juga bisa disyukuri. Khususnya bagi mereka yang paham benar soal liturgi gerejawi. Sebab, di Indonesia ini mayoritas penyelenggaraan perayaan Natalnya dilakukan pada masaraya Adven.

Adven (adventus) sendiri adalah masa 4 (empat) pekan hari Minggu sebelum Natal tanggal 25 Desember. Itu adalah masa penantian. Penantian akan kedatangan Kristus kedua kali kelak di akhir zaman. Penantian akan kehadiran Sang Firman (Logos) dalam bentuk insani yang menyejarah dalam hidup dan kehidupan manusia yang terbatas.

Dengan pemahaman dasar ini, maka merayakan Natal di masaraya Adven bisa dikatakan kurang tepat secara teologisnya. Jadi dengan adanya pandemi, tak ada lagi perayaan Natal sebelum waktunya tiba, itu berarti akan kembali ke konsep dasarnya.

Menyadari hal ini, maka itulah cara Tuhan bekerja. Sungguh, di luar dari kekuatan yang bisa dilakukan manusia untuk menyadarkan sesamanya.

Tapi... tentu saja jadi timbul pertanyaan, "Memangnya senang dengan pandemi yang tak usai?"

Ya, bukan begitu juga yang diharapkan. Tentu saja permohonan bersama adalah pandemi berakhr. Aktivitas normal dengan pola kebiasaan baru bisa terjadi. Bisa berkumpul lagi, berinteraksi fisik secara sosial. Tak lengah dan abai terhadap pola hidup sehat.

Baik yang dekat maupun yang jauh, sedapat mungkin diperhatikan. Persiapan penyaluran bantuan erupsi Semeru hari ini (foto: Hadiyanto)
Baik yang dekat maupun yang jauh, sedapat mungkin diperhatikan. Persiapan penyaluran bantuan erupsi Semeru hari ini (foto: Hadiyanto)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun