Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ciplukan, Si Kecil yang Ternyata Mahal Harganya

15 Juli 2021   17:00 Diperbarui: 16 Juli 2021   04:00 1763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) lewat penelitian Cancer Chemoprevention Research Center, menemukan ekstrak ciplukan sebagai bahan obat yang mampu menginduksi apoptosis (kematian) pada sel kanker payudara.

Tak hanya buah, akar dan daun ciplukan memiliki khasiat untuk melawan penyakit. Akar ciplukan berkhasiat sebagai obat cacing dan penurun demam. Daunnya bisa mengatasi busung air, patah tulang, borok, bisulan, keseleo, nyeri perut, penguat jantung, dan kencing nanah. Sementara buahnya dapat dijadikan obat epilepsi, jantung, susah buang air kecil.

Pemanfaatan di Luar Negeri

Sementara itu, di luar negeri, misalnya di Taiwan, buah ciplukan diolah menjadi racikan obat tradisional. Ia dipakai untuk mengobati diabetes, asma, malaria hingga hepatitis.

Di Peru, daun dan buah mungil ini pemanfaatannya sebagai obat penyakit hati, malaria, dan hepatitis. Di Afrika Barat, sering digunakan untuk menyembuhkan kanker.

Di Amerika (lembah Amazon) sendiri, buah ciplukan biasa diolah menjadi jus. Jus ini dimanfaatkan sebagai obat penenang, pembersih darah (depuratif), anti-rematik hingga mengobati sakit telinga.

Pantas saja harganya jadi mahal di supermarket. Khasiatnya ternyata banyak. Lha, di sini malah dibuang percuma, wkwk... Jadi sebenarnya petani kita juga bisa kaya kalau bisa mengelolanya dengan baik.

Tak Kenal Tak Sayang

Anak masa kini, yang di kota besar barangkali asing dengan nama buah ini. Ternyata ada untungnya dulu pernah sekolah di lingkungan setengah desa setengah kota.

Lingkungan sekoah yang "mewah" alias mepet sawah tanpa batas tembok. Lingkungan kawan-kawan yang suka demen menjelajah ala Bolang (Bocah Petualang). Jadi pulang sekolah kadang tidak melewati jalan yang benar, tapi lewat areal persawahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun