Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Trilogi Cerita: Cara Pohon Mengelola Air, Jumat Berkah, dan Urip Sak Madya

25 Juni 2021   18:30 Diperbarui: 25 Juni 2021   18:49 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air dan pohon; sama-sama saling membutuhkan (foto: dok. pribadi)

Pelajaran dasar ilmu biologi atau lingkungan hidup adalah ketika di suatu daerah terdapat banyak pepohonan, maka tak jauh dari situ terdapat sumber air.

Maka sebaliknya, jika di tempat itu jarang pohon atau tidak ada sama sekali, maka tanah akan terlihat tandus. Tidak ada sumber air yang bisa diketemukan di sana.

Pohon dan air, juga tanah adalah sebuah siklus kehidupan yang saling bergantung dan membutuhkan. Pohon perlu tanah supaya tumbuh. Ia juga butuh air supaya mampu hidup. Akar pohon dapat menyimpan cadangan air. Air itu bisa didapatkan dari bawah tanah.

Akar pohon sebenarnya menyerap air dari tanah hanya untuk kebutuhan fotosintesa. Namun ketika kondisi sekitar jadi kering, karena musim kemarau misalnya, maka ia bisa mengeluarkan air dari akarnya. Hal ini untuk menjaga lingkungan di sekitarnya tetap lembab sebagai upaya mengurangi efek dehidrasi pada pohon tersebut.

Pori-pori yang ada pada tanah disebabkan karena adanya akar pohon. Air yang datang atau menggenanginya akan terserap dan terikat di pori-pori tersebut. Jadi fungsi tanah tidak sekadar menjadi limpasan atau resapan dari air.

Fungsi lain dari perakaran pada pepohonan adalah untuk memperlambat proses penguapan  atau evaporasi pada tanah. Akar pohon secara alamiah akan mengondisikan diri terhadap kandungan air di sekitarnya. Makin banyaknya akar cabang dan akar utama yang saling terkait, akan mengikat air. Hal ini berguna untuk memperlambat penguapan pada tanah.

Akar tanah yang membentuk rongga-rongga dalam tanah ibarat seperti sponge (spons). Pohon atau tanaman hanya akan menyerap air yang hanya dia butuhkan. Selebihnya akan menjadi cadangan untuk keperluan metabolisme dan sebagainya.

Mirip dengan orang minum air. Tidak semuanya langsung habis dipakai pada saat beraktivitas. Sebagiannya tertinggal dalam tubuh, menjaganya dari hidrasi (kekurangan cairan).

Gerobak tempat nasi bungkus di salah satu ruang publik (foto: dok. pribadi)
Gerobak tempat nasi bungkus di salah satu ruang publik (foto: dok. pribadi)

Jumat Berkah

Saya tidak tahu kapan dan siapa yang memulai tagar "Jumat Berkah" ini, hingga bisa berkali-kali trending di twitter. Begitu pula dengan adanya aksi Jumat Berkah. Tahunya, pada hari itu, banyak orang membagi sedekah nasi bungkus kepada tukang becak atau penjaga warung kecil di pinggir jalan, tukang parkir dan sebagainya. Ya, khusus hari Jumat itu saja.

Bahkan terkadang pemberian ini bisa dobel-dobel. Ada orang yang sudah dapat, diberi lagi. Eloknya, ia pun akan membaginya kembali kepada yang lain. Terserah kepada siapa yang mau dan tak menolak rezeki.

Kata "berkah" dan "berkat" sebenarnya sama artinya. Mungkin karena di negeri +62 ini, faktor "agama" cenderung  kuat mampir di ingatan, jadi  istilah seperti ini pun bisa jadi "turun pangkat". Artinya, ia tak lagi bersifat netral, tapi 'sudah memihak'.

Contoh lain istilah misalnya "lagu religi" dan "lagu rohani". Pengertiannya sebenarnya sama. Tapi dalam bayangan orang, ini istilah untuk dua komunitas agama yang berbeda. Pun demikian dengan sebutan "jamaah" dan "jemaat". Jelas berbeda rasa walau sasaran maksudnya cukup diketahui.

Ah, sudahlah.... Lupakan perbedaan ini dulu. Lebih baik cari padanannya saja. Kesamaan unsur yang baik, itu saja yang diambil. Jangan mempertentangkan perbedaannya. Tak ada faedahnya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring (online) memberikan pengertian dari dua istilah tadi sebagai berikut.

A. "berkah"/ber*kah/ n karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia; berkat

B. "berkat" 1/ber*kat/ 1 n karunia Tuhan yang membawa kebaikan dalam hidup manusia: semoga Tuhan melimpahkan -- Nya kepada kita; 2 n doa restu dan pengaruh baik (yang mendatangkan selamat dan bahagia) dari orang yang dihormati atau dianggap suci (keramat), seperti orang tua, guru, pemuka agama: sebelum berangkat meninggalkan kampung halaman, dia memohon -- kepada gurunya; 3 n makanan dan sebagainya yang dibawa pulang sehabis kenduri: undangan itu masing-masing pulang dengan membawa -- ke rumahnya; 4 v cak mendatangkan kebaikan; bermanfaat; berkah: uangnya banyak, tetapi tidak --;

Jadi pengertian dari gerakan "Jumat Berkah" secara tidak langsung dapat diartikan sebagai tindakan manusia sebagai respon atas karunia Tuhan. Dan tindakan yang ia lakukan itu mendatangkan kebaikan bagi "kehidupan". Kehidupan terhadap sesamanya sebagai manusia, atau terhadap makhluk ciptaan yang lainnya (tumbuhan dan hewan).

Urip Sak Madya

Dalam budaya Jawa ada satu ungkapan yang senada dengan hal ini. "Urip sak madya". Hidup dengan secukupnya.

Bukan artinya tak boleh kaya alias memiliki kekayaan yang melimpah. Maksudnya bukan demikian. Namun dengan kekayaan yang dimiliki itu, seseorang bisa mencukupkan diri. Tidak terus merasa kurang. Tapi justru bisa mengelola kekayaannya itu untuk kebaikan bersama atau terhadap sesamanya.

Sebaliknya, juga tidak boleh merasa puas dengan keadaan yang ada saat ini. Merasa pasrah dengan status ekonomi yang sangat standar. Asal cukup begitu saja.

Dalam bahasa Kitab Suci, salah satu ungkapan yang punya pengertian hampir sama adalah "cukupkanlah (puaskanlah) dirimu dengan apa yang ada padamu." Jangan tamak untuk diri sendiri. Kalau untuk keperluan atau kebutuhan diri sendiri sudah cukup (terpenuhi), jangal lantas berdiam diri.

Sama seperti dalam paparan di atas; cerita pohon saat membutuhkan air. Ia hanya mengambil sesuai yang dibutuhkan. Selebihnya akan disimpan dan dibagikan pada saat yang lain membutuhkan. Sebab tanpa siklus ini, satu skema kehidupan akan mati.

Berbuat kebaikan memang sebenarnya tak perlu dan tak bisa dibatasi oleh hari. Lha, berkah-Nya saja datangnya juga setiap hari. Maka, berbagi berkat kebaikan pun, wajibnya juga setiap hari.

Selamat menabur kebaikan....

25 Juni 2021

Hendra Setiawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun