Pada wilayah Surabaya Barat, 12/11/2017 diujicobakan dua bulan sekali, tepatnya di Bundaran Satelit-Jalan Raya Kupang Indah sampai dengan persimpangan traffic light Kupang Jaya.
Banyaknya alternatif tempat ini, memang tujuan awalnya adalah untuk mengurangi dampak gas emisi buang. Jadi, untuk menekan polusi yang ada.
Namun, ketika era pandemi datang, yang oleh pemerintah diumumkan per 2 Maret 2020 sebagai kasus pertama, lambat-laun berbagai peraturan muncul. Termasuk di Surabaya adalah menutup lokasi publik yang kerap jadi jujugan warga. Tidak hanya ruang tertutup semacam museum. RTH (ruang terbuka hijau) semacam taman dan kegiatan CFD pun mendapatkan imbasnya juga.
Jadi, sekarang tidak ada lagi lokasi jujugan sebagai sarana geliat perekonomian. Ya, di daerah lokasi CFD berada, banyak muncul para pedagang, baik yang lama atau dadakan. Mulai yang bermodal kecil hingga yang bermobil.
Tempat yang menjadi ajang kumpul komunitas, ajang promosi usaha dan edukasi juga ikut terdampak. Termasuk juga ekspresi seni budaya yang sering juga tampil dalam ajang libur hari Minggu.
Rasanya banyak orang yang menantikan kembali masa-masa seperti itu. Meskipun taman-taman ditutup, tapi namanya orang, kadang juga masih mengunjungi tempat-tempat tersebut.
Bagaimanapun juga, ini jadi kerinduan dan doa bersama anak bangsa, agar pandemi ini dapat segera berlalu. Maka yang dibutuhkan adalah kesadaran bersama untuk memperhatikan protokol kesehatan yang telah digariskan. Tanpa kepatuhan bersama, masa pandemi bisa bertahan lebih lama lagi.
Fase barunya kini bukan hanya 3M, tapi 5M; yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun, membatasi mobilisasi dan interaksi, serta menjauhi kerumunan.
Selamat hari Minggu. Salam sehat....
 Hendra Setiawan