Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kristen dan Nasrani, Diksi yang Ambigu

22 November 2020   17:00 Diperbarui: 22 November 2020   17:08 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ichthus, simbol yang digunakan oleh orang Kristen perdana (gambar dari ufologov.net)

Kata "Kristen" sendiri menjadi kata baku pada tahun 60 Masehi. Kata tersebut digunakan oleh Herodes untuk menyindir Paulus. Namun Petrus berkata pada mereka yang percaya yang tinggal di Asia kecil supaya jangan malu mendapat sebutan Kristen. Jangan takut untuk menderita karena ejekan tersebut. Dan pada masa itu, Kaisar Nero memberikan tuduhan-tuduhan pada masyarakat yang menyebut dirinya sebagai Kristen.

Pada saat ini, kata Kristen merupakan identitas untuk membedakan Kristen dengan agama lain, yaitu nama yang berpusat kepada Pribadi Kristus.

Penutup

Dus, jelas sudah perbedaan itu. Jadi pemakaian kata Kristen dan Nasrani punya akar sejarah dan makna yang berbeda. Mempersamakan dua istilah, tentu punya konsekuensi nalar yang berbeda. Entah ini karena si penulis bingung dengan penamaan dan pemaknaannya, atau ada alasan yang lain....?

Umat Kristiani bukanlah sama, sejenis, identik dengan kaum Nashara (Nasrani) yang heretik (bidat/bidah). Masa kini, tidak perlu dan tiada untung hidup bersama dalam nuansa iklim polemik. Pergunakan istilah yang tidak bias, tepat dan tidak bermasalah secara etis, historis dan teologis.

Salam damai dalam kebhinnekaan....

 

Hendra Setiawan

22-11-2020

Sumber tulisan:
Google berita, wikipedia, sarapanpagi.com, tuhanyesus.org, geotimes.co.id

*) Selamat hari Minggu semua. Tetaplah bersyukur dan bahagia.... :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun