Bahasa Indonesia mengandung jejak dari berbagai bahasa, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris, yang mencerminkan pluralitas budaya dan sejarah panjang bangsa ini.
Meskipun demikian, klaim bahwa bahasa Indonesia miskin kosakata adalah sebuah pernyataan yang perlu dicermati lebih dalam.Â
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Prof E Aminudin Aziz, menjelaskan bahwa setiap bahasa memiliki kekhasannya sendiri dalam mengungkapkan konsep, ide, dan perasaan (https://www.kompas.com, 2024).
Bahasa Indonesia, dengan jumlah kosakata lebih dari 120.000 entri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, menunjukkan keberagaman yang mencerminkan kompleksitas budaya dan kebutuhan komunikasi masyarakat Indonesia.
Namun, perdebatan seputar kekayaan kosakata tidak hanya berkutat pada jumlah kata dalam kamus. Kekayaan sebuah bahasa juga terletak pada fleksibilitasnya dalam mengekspresikan ide dan konsep baru, serta kemampuannya untuk berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman.
Bahasa Indonesia, dengan sifatnya yang dinamis, terus mengalami perkembangan dalam menyerap dan menciptakan kosakata baru untuk mengakomodasi perkembangan teknologi, budaya, dan masyarakat.
Dalam era globalisasi ini, bahasa Indonesia juga menghadapi tantangan baru dalam menjaga keasliannya. Teknologi dan media massa mempercepat laju perubahan bahasa, dengan masuknya kosakata asing yang sering kali mendominasi ruang publik.
Tantangan ini menuntut kesadaran kolektif dari masyarakat untuk terus merawat dan mengembangkan kekayaan kosakata bahasa Indonesia agar tetap relevan dan kuat dalam menghadapi arus globalisasi.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pembaharuan dan penambahan kosakata dalam KBBI. Proses penambahan ini tidak hanya berfokus pada penyerapan kosakata baru dari bahasa asing, tetapi juga mencermati perkembangan budaya dan teknologi dalam masyarakat Indonesia.Â
Dengan demikian, KBBI tidak hanya menjadi kamus kosakata, tetapi juga menjadi cermin yang mencerminkan perkembangan bahasa dan budaya bangsa.
Selain itu, penting juga untuk diingat bahwa kekayaan sebuah bahasa tidak hanya terletak pada jumlah kosakata, tetapi juga pada kreativitas dan keunikan dalam penggunaannya.Â