Mohon tunggu...
helmi yusro
helmi yusro Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Buruh Tulis

Sekedar menulis sebagai hobi, tetap menjaga jari agar memproduksi karya yang bertanggung jawab.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jangan Jadi Orang Jujur

25 Juni 2021   10:16 Diperbarui: 25 Juni 2021   10:42 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dulu orang tua selalu berpesan, jadilah orang jujur nak.

Sekarang seperti hal seperti itu tidak lagi terlalu sejalan dengan bagaimana orang Indonesia berinteraksi. Berkata dan bertindak apa adanya justru sering membuat seseorang kehilangan apa yang dia miliki.

Harus diakui tidak semuanya berakhir seperti itu, namun kasus kebanyakan selalu berujung merugikan diri sendiri. Mau sampai kapan diri ini harus terus mengeluarkan kata yang sebenarnya tidak ada kebenarannya.

Jangan berpikir terlalu tinggi tentang bagaimana contoh kasusnya. Tindakan sepele seperti mengatakan pada kekasihmu bahwa dia tidak gendut adalah secuil contoh bagaimana kejujuran bisa berujung petaka.

Perlu diakui dunia ideal memang tidak mungkin bisa terjadi. Namun setidaknya biarkanlah secuil kejujuran ini mendapatkan balasan yang setimpal. Mengapa sekarang lidah justru lebih mematikan dibandingkan senjata.

Apakah karena tuntutan kehidupan setiap hari selalu meningkat. Atau diri ini sendiri yang memaksa dan menuntun hidup untuk terus terangkat. Tidak ada yang tau pasti apa penyebab sebenarnya.

Mengapa perkembangan pengetahuan dari manusia yang begitu pesatnya tidak diimbangi dengan kesadaran sosial dan norma. Semua teknologi yang saat ini aku pegang justru membuat kehidupanku semakin munafik.

Diri ini mencoba bersolek di muka umum agar terlihat seperti juru selamat, namun kenyataannya neraka menanti kala aku mati. Pasti ada sebuah tendensi dari dalam diri untuk mencoba mengubah situasi.

Namun seperti kanker yang sudah stadiumnya besar, berserah diri pada keadaan terpaksa menjadi pilihan. Manusia ini tidak bisa lagi menjunjung tinggi kejujuran agar kebajikan kembali bisa dipertahankan.

Apakah sudah tidak ada solusi lagi agar manusia bisa menerima kekurangannya masing-masing. Mengapa semuanya ingin menjadi sempurna, memangnya apa untungnya jika banyak orang dikorbankan.

Kejujuran yang diri ini katakan selalu saja harus dibumbui kemunafikan. Tidak masalah berapa perbandingannya. Selama keduanya selalu ada di setiap kata yang keluar dari lenturnya lidah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun