Mohon tunggu...
Helmi Ismail
Helmi Ismail Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Penulis lepas berdomisili di Bandung, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Paradigma Kreativitas

23 Oktober 2021   20:10 Diperbarui: 23 Oktober 2021   20:39 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pembahasan mengenai kreativitas seperti biasa akan erat kaitannya dengan perspektif psikologis dalam mengkaji perkembangan pribadi seseorang. Beberapa hal yang menarik dalam pembahasan kreativitas menurut Simonton adalah keterkaitannya dengan segi kesejarahan Eropa pada masa Yunani kuno dan Romawi. (Whitehead, 1978; Simonton). 

Meskipun terdapat generalisasi kecenderungan tradisi filosofi Eropa yang sering mengaitkan pembahasannya dengan pemikiran Plato dll., Pada pembahasan kreativitas berdasarkan perspektif psikologi, jarang sekali ditemukannya kaitan dengan tradisi yang dimaksud. 

Menurut Simonton, hal ini berkaitan dengan kesan kreativitas yang berada pada posisi yang sangat hebat dalam pandangan para pemikir Eropa Klasik seperti Plato dll. 

Baik itu Plato ataupun Aristoteles atau ahli lain dalam jaman yang sama tidak memiliki pemikiran yang benar-benar berkaitan dalam lingkup kajian kreativitas. 

Menurut Simonton (2001: hlm. 3) jarangnya kajian tentang kreativitas yang berkaitan dengan ragam pemikir Yunani kuno kemungkinan disebabkan oleh persepsi kreativitas pada saat itu dianggap sebagai hal yang berkaitan dengan mitos kedewaan. 

Namun pada pembahasan lainnya, Simonton menyebutkan Muse sebagai perwujudan ide kreatif seseorang. "Each Muse was thought to provide a guiding spirit or source of inspiration for the mortal creator. This usage underlies several commonplace expressions, such as to say that one has lost one's Muse when one has run out of creative ideas." (Simonton, 2001: hlm. 3). 

Simonton juga mengkaitkan Muse yang dimaksud dengan kreasi yang dilakukan oleh manusia dalam bentuk puisi, musik, tari, astronomi, dll., Simonton juga menyebutkan Muse tersebut berkaitan dengan sebuah doktrin tentang kreativitas seseorang yang selalu disertai oleh ragam kekuatan spiritual yang membimbing dan memberikan inspirasi kepada manusia. 

Anggapan tersebut menguatkan persepsi tentang tingkatan kreativittas manusia bersifat subordinat dibandingkan dengan kapasitas kreasi para Dewa. 

Secara spesifik, Simonton juga menjelaskan bahwa Muse dalam konteks pembahasannya dimaksudkan sebagai suatu bentuk pembimbing spiritual yang memberikan inspirasi bagi seseorang dalam berkreasi. Selain dalam tradisi Yunani, kedekatan kajian kreativitas yang sama juga terjadi pada tradisi Romawi. 

Simonton menyebutkan dalam mitologi Roma, setiap individu telah dibekali sosok pembimbing spiritual dari sejak mereka lahir yang mengawasi nasib dan perkembangan diri seseorang. 

Pandanggan kreativitas dari kedua budaya tersebut dillihat begitu tinggi berkaitan dengan ragam mitos para Dewa dan suatu kreativitas dianggap sebagai pemberian dari para Dewa, Roh, dan bukanlah tindakan yang dibuat olah manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun