Mohon tunggu...
Is Helianti
Is Helianti Mohon Tunggu... -

Pembelajar kehidupan dan aktivis iptek.\r\nKeseharian bekerja sebagai ibu rumah tangga, peneliti, dan editor jurnal ilmiah. Menulis proposal penelitian dan karya ilmiah adalah bagian dari pekerjaan. Menulis ilmiah populer (dan sudah terbit beberapa di Kompas) dan ngeblog adalah bagian dari hobi. Jadi ketika load pekerjaan tinggi, saya kadang lupa password akun blog saya...:-D.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Kenaikan BBM dan PKS

8 Juni 2013   11:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:21 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi yang tinggal di perkampungan yang jauh dari SPBU mungkin pemandangan botol-botol bekas Coca cola yang berisi cairan kuning yang dijajar dengan rapi di pinggir jalan sudah menjadi pemandangan biasa. Tapi tentu tidak bagi orang asing. Sewaktu dalam perjalanan pulang menuju Bandara Abdur Rahman Saleh, Malang, seusai mengisi seminar, kolega Jepang yang seorang professor perempuan bertanya ragu-ragu kepada saya.

“Are wa nani? Botoru no nakani, ossikko mitaina yatsu narande…*” Melihat arah telunjuk tangannya ke pinggir jalan dan mendengar pertanyaannya, saya nyengir.

“Itu bukan pipis, Sensei. Itu bensin yang dijual secara tradisional. Banyak masyarakat Indonesia yang berjualan seperti itu. Kalau rumah jauh dari SPBU keberadaan penjual seperti itu cukup membantu.” Saya langsung teringat pengalaman dengan suami yang kehabisan bensin motor di pagi hari di mana SPBU belum buka. Penjual bensin tradisional jadi malaikat penyelamat sehingga kami bisa berangkat ke kantor.

Profesor tersebut tertawa, terheran-heran dengan kreativitas manusia Indonesia mendapat celah mencari uang dan membantu orang lain mengatasi ketidakpraktisan.

Dan bensin yang sebagian kecil dijual secara tradisional itu katanya akan naik di bulan Juni ini. Mereka yang biasa menjual antara 5000 sampai dengan 5500 rupiah per liter itu mungkin banyak yang berniat berhenti jadi penjual bensin tradisional. “Kemahalan modalnya, Bu. Padahal duit bantuan pemerintah juga paling nggak cukup.” Kata mereka.

Bensin yang naik, yang akan bikin ongkos angkot naik dan harga semua barang-barang naik juga membuat galau orang tua saya yang hanya pensiunan pegawai kecil. Kawatir jadi makin jarang ikut terapi alat kesehatan karena ongkos angkot tambah mahal, kawatir jadi tambah mikir ketika belanja dapur. Saya cuma bisa menghibur. Saya sebagai anaknya, dari dulu memang melarang mereka mendapatkan BLT/Balsem dari pemerintah ketika BBM naik.Ini harga diri. Bantuan tunai mah, Alhamdulillah, dari saya saja, sebagai tanda bakti saya kepada mereka. Tidak besar, tapi mudah-mudahan barokah.

“Tapi kok, PKS yang nggak setuju BBM naik malah dicacimaki ya..?” tanya Bapak saya di sela kegalauannya…

===

*: "Itu apaan sih? yang seperti pipis berbaris-baris di dalam botol..?"


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun