Selain Winblad, staff penerjemah Bill Gates yang telah bekerja di Yayasan Gates sejak tahun 2015, Zhe Wang, diduga menjadi penyebab perceraian Bill Gates dan Melinda Gates. Tuduhan ini telah dibantah oleh Wang yang biasa dipanggil Selly. Wang menyatakan hubungannya dengan Bill Gates hanya sebatas hubungan profesional.
Ditengah-tengah spekulasi penyebab perceraian pasangan Gates, media sosial pun dibanjiri dengan meme. Secara garis besar meme yang muncul dapat diklasifikasikan menjadi meme Microsoft, meme vaksin, meme Melinda France yang menjadi lajang dan meme Bil Gates yang menjadi lajang. Saya tidak akan menjelaskan lebih rinci meme yang beredar. Mungkin bagi pencipta meme, perceraikan pasangan Gates bukanlah yang menyedihkan, melainkan sesuatu yang lucu.
Pertanyaannya, apakah perceraian adalah sesuatu yang lucu yang pantas ditertawakan? Etiskah kita membuat meme untuk lelucon atas perceraian orang lain? Apakah kita kehilangan rasa kemanusiaan sehingga tidak dapat menunjukkan sedikit empati? Terlepas dari betapa kaya rayanya pasangan Gates, toh mereka juga manusia yang punya perasaan. Terlepas dari produk Microsoft yang dinilai jelek dan lambat serta teori konspirasi Bill Gates terkait vaksin, perceraian adalah persoalan serius karena berdampak pada mental pasangan yang bercerai dan anak-anaknya.
Jika kita lihat wawancara Melinda France Gates pada tahun 2019, pasangan Gates sudah berjuang keras mempertahankan pernikahannya. Dan ini bukanlah lelucon yang pantas ditertawakan. Apakah yang membuat meme merasa dirinya dan pernikahannya lebih baik dari pasangan Gates? Pernikahan diibaratkan sebagai bahtera dimana kehidupan suami istri bagai mengarungi lautan. Ada banyak hal yang terjadi di lautan, dari hujan, badai, ombak besar dan karang yang mengancam kelancaran perjalanan dan keselamatan bahtera. Dengan roda kehidupan yang bergerak semakin cepat dan perubahan sosial yang dinamis, menjaga pernikahan tetap langgeng bukanlah urusan mudah. Perceraian dapat terjadi pada siapa saja, termasuk pada si pembuat meme.
Kehilangan empati terhadap penderitaan atau masalah yang dihadapi orang lain cukup disayangkan. Jangan hanya karena ingin orang lain memberikan kita like di media sosial, kita membuat lelucon yang tidak pada tempatnya dan menyinggung orang lain. Bagaimana kalau kita menghadapi masalah yang sama? Apakah kita akan membuat lelucon dalam bentuk meme juga? Apakah kita akan membiarkan dengan legowo orang lain mentertawakan kemalangan kita?