Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Abduh
Muhammad Yusuf Abduh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya Tuhan Yang Tahu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

OB 1

27 September 2010   09:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:55 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1297621007493349260

[caption id="attachment_90568" align="alignleft" width="300" caption="Dokumen pribadi"][/caption]

OB, hanya dua huruf, tidak kurang dan tidak lebih. Ya, OB, itulah pekerjaanku sehari-hari di kota kembang. Kota yang pernah menjadi bagian dari sejarah pertempuran kemerdekaan. Aku bangga dengan sejarah lalu, meski aku tidak pernah menjadi bagian dari gerakan bersejarah itu. Aku bangga meski aku seorang perantau, dan di kota mangkok raksasa ini, aku hanya seorang OB, rakyat kecil yang menumpang hidup, kais pagi makan pagi, kais malam makan malam.

OB adalah singkatan untuk Office Boy. Dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, posisiku sebagai OB bisa diartikan sebagai Pesuruh Kantor. Bukan sebarang Pesuruh Kantor, aku adalah Pesuruh Kantor di kota yang pernah bergema dengan semangat anti kolonialisme. Dan karena itu, aku sangat berbangga dengan posisiku sebagai OB. Bukan sebarang OB, tapi OB yang punya idealisme, bukan saja memperjuangkan nasib para kolegaku sebagai pesuruh kantor, tapi juga nasib rakyat kecil lainnya. Wah, tinggi! Bukan main tinggi sekali idealisme aku itu.

Bayangkan kalau tidak ada OB seperti kami, apa akan terjadi pada kantor-kantor di muka alam ini? Lumpuh, lumpuh total kukatakan. Para pegawai kebingungan, para pejabat jadi tidak tentu arah. Semuanya gara-gara tidak ada OB untuk dimarahi atau disuruh-suruh. Oleh karena itu, janganlah pernah sekali-sekali memandang rendah pada seorang OB. Sungguh sangat mulia sekali tugas seorang OB itu. Kami, para OB melakukan hal-hal yang tidak mau dilakukan oleh para pejabat dan dihindari oleh para pegawai. Tingkat kesabaran yang kami miliki, bukan main tingginya, setinggi langit biru, seluas mata memandang. Kamilah para pesuruh kantor yang tahan banting, para pejuang hidup yang tidak mengenal lelah, para pemimpi yang berani mempunyai impian untuk mengubah nasib bangsa ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun