Tak hanya berdampak sosial, Ansar mengingatkan bahwa lonjakan harga tiket juga bisa memicu inflasi daerah. Biaya transportasi yang tinggi akan berdampak pada harga barang dan jasa, terutama di wilayah yang bergantung pada distribusi dari luar pulau.
Meski demikian, Gubernur Kepri mengaku memahami dilema yang dihadapi maskapai. Dalam dunia penerbangan, momen seperti Lebaran adalah waktu 'emas' untuk menutup kerugian yang terjadi saat low season, ketika penumpang cenderung sepi.
"Maskapai juga punya pertimbangan bisnis. Saat sepi penumpang, mereka merugi. Momen mudik seperti ini jadi waktu mereka untuk menutup itu," jelas Ansar.
Namun, ia berharap ada kebijakan yang lebih berimbang. Pemerintah daerah, menurutnya, tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan intervensi dari pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Perhubungan, untuk menata ulang mekanisme tarif agar tetap berpihak kepada masyarakat.
Fenomena mahalnya tiket pesawat di wilayah kepulauan seperti Batam menunjukkan adanya ketimpangan akses transportasi nasional yang perlu dibenahi. Selain mendorong regulasi tarif yang lebih adil, pemerintah juga didesak untuk menambah kuota penerbangan saat peak season, memperkuat jalur transportasi laut yang nyaman dan efisien, serta memastikan adanya subsidi bagi wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
Di tengah semangat Lebaran, masyarakat tentu ingin pulang kampung tanpa merasa terbebani secara finansial. Karena sejatinya, mudik adalah hak semua orang, bukan hanya mereka yang mampu membayar tiket mahal.
"Kalau pemerintah ingin menjaga tradisi dan memperkuat nilai-nilai kekeluargaan, maka akses mudik harus dijamin untuk semua kalangan," tutup Ansar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI