Mohon tunggu...
Darwanto
Darwanto Mohon Tunggu... Pria manula, purnabakti PNS

Mencari, membagi, mensyukuri...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ada Peluang Saat Pandemi

29 April 2020   22:14 Diperbarui: 29 April 2020   22:31 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti manusia, banyak perusahaan mengalami sesak nafas karena terpapar virus korona secara tidak langsung. Lebih-lebih lagi perusahaan bermodal tekad seperti pedagang kecil yang berjualan di pinggir-pinggir jalan. Mereka termasuk dalam kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dengan status pekerja informal.

Selain pedagang asongan, termasuk dalam kelompok ini adalah tukang serabutan yang menunggu dipanggil mandor untuk dipekerjakan di proyek-proyek bangunan.

Mereka berasal dari pedesaan yang pindah ke kota besar lantaran tidak ada pekerjaan di desa yang dapat memberi penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

Jika mereka tidak mendapat salah satu pun dari berbagai bantuan sosial yang dibagikan pemerintah dan mereka tidak bisa pulang kampung sebelum larangan mudik diberlakukan, pastilah mereka berada dalam kesulitan besar.

Sebagian dari mereka tidak mampu membayar sewa hunian karena tidak ada pemasukan sama sekali. Mereka harus pindah tidur ke saudara atau kenalan terdekat, atau bisa jadi tidur di lorong pasar yang terlantar, di emperan toko, atau di taman-taman lingkungan.

Mereka yang beruntung dapat ditampung oleh pemerintah daerah di gedung olahraga, yang dialihfungsikan menjadi hunian sementara, seperti yang terjadi di Jakarta, Namun sebagian yang lain harus menerima keadaan terburuk dalam hidupnya: berpindah-pindah tempat, dari hari ke hari. 

Mungkin juga diantara mereka ada yang terpapar virus korona, yang mereka tidak tahu harus bagaimana, atau takut pergi ke puskesmas.


Pandemi Covid-19 membuat banyak orang menderita.

***

Namun ada anggota masyarakat lain yang justru meningkat penghasilannya karena pandemi. Mereka adalah orang yang mampu melihat peluang dari kesulitan ekonomi yang dihadapi.

Tetangga saya, tanpa kasak kusuk, menjual bakso urat di hari ke 3 bulan puasa ini. Ia memposting jualannya di WAG RW kami, dengan foto-foto paket produknya, dan daftar orang-orang yang sudah memesan, untuk menarik pemesan baru tentunya.

Ia kemudian minta maaf telah menyelonong masuk ke WAG RW kami tanpa izin, karena biasanya WAG kami itu berisi postingan urusan kebersihan lingkungan, keamanan, sekali-kali ucapan selamat hari besar keagamaan, dan akhir-akhir ini tentang virus korona. Tidak pernah ada yang posting untuk iklan bisnis, karena dianggap mengganggu, atau tidak pada tempatnya.

Ternyata jualannya laku keras, banyak order dikirimkan melalui WAG RW kami saat itu juga. Ia pun memberitahukan kemudian bahwa pesanan hari itu distop karena kehabisan stok. Demikian juga hari berikutnya. Tapi tidak ada komplain dari warga lain tentang iklannya di WAG RW kami.

***

Tetangga saya itu juga ada kembarannya di tempat lain. Para pebisnis itu memikirkan kebutuhan orang lain pada saat  karantina wilayah atau PSBB diberlakukan. Kemudian mengiklankan produknya secara online dengan kreatif. Usaha mereka booming saat kebanyakan usaha lain megap-megap kehabisan likuiditas.

Seperti apa yang disampaikan Menteri UKM dan Koperasi, Teten Masduki, di acara rutin Gugus Tugas Covid-19 (28/4/2020), bahwa produk-produk kesehatan dan  makanan beku meningkat cukup pesat selama masa pandemi ini. Ia menganjurkan agar pengusaha kecil memanfaatkan peluang ini dengan sebaik-baiknya.

Banyak pengusaha yang memasarkan dagangannya secara online menyadari bahwa bisnisnya tidak anjlok drastis saat pandemi terjadi. Bahkan beberapa produk seperti masker, jamu empon-empon, makanan siap saji, dan sebagainya mengalami sukses besar. Maka di tengah-tengah suasana yang sepi ini, di pasar daring ada kesibukan yang cukup ramai.

Di luar sana, hal yang sama juga terjadi, sebagaimana diulas The Economist (28/4/2020). Penjualan sepatu merek terkenal secara online di China meningkat lebih dari biasanya. Di AS ada orang kaya yang membeli rumah di London setelah mengelilingi secara virtual rumah itu dalam iklan video 3 dimensi. Matterport, perusahaan di California, menyatakan bahwa penjualan kamera 3 dimensinya meningkat selama masa lockdown ini.

Zipline, perusahaan pengirim sampel medis dengan drone di Afrika, sedang menjajagi usaha pengiriman sampel virus korona di Amerika Tengah. Google juga mengembangkan penggunaan drone Wing-nya untuk mengirimkan obat-obatan dan kebutuhan pokok lain di pedesaan Virginia.

Para pebisnis besar yang sukses itu belajar dengan langsung menjual produk baru mereka, tidak perlu menghabiskan waktu berlama-lama dengan analisis, dengan rapat yang berulang-ulang.

Itu juga yang dilakukan oleh tetangga saya, yang menjual bakso urat secara online, dengan memasang iklan di WAG RW tanpa izin dulu, tapi bisa diterima warga. Melihat gigihnya memasarkan bakso uratnya itu saya yakin dia bakal menjadi pebisnis sukses.

***

Tidak sedikit berita tentang munculnya usaha-usaha baru yang justru berhasil pada masa pandemi ini. Tetapi banyak juga asosiasi pengusaha/perusahaan yang meminta uluran tangan pemerintah untuk mempertahankan usahanya, yang mestinya mencari solusi sendiri.

Pandemi Covid-19 membuka ruang untuk tumbuhnya kegiatan-kegiatan baru. Mereka yang kreatif untuk memikirkan kebutuhan konsumen yang berubah dengan adanya pandemi akan mendapatkan keuntungan yang bertambah.

Kita perlu mencontoh Karl von Drais, warga Jerman, yang membuat alat angkut yang bergerak cepat untuk menggantikan gerobak kuda. Letusan gunung Tambora tahun 1815 kala itu menyebabkan panen di Eropa terganggu, hingga banyak kuda mati karena tidak mendapat cukup pakan. Alat angkut buatan Karl von Drais itu sekarang disebut sepeda.

Bencana alam ternyata memberi peluang bagi mereka yang berpikir dan berusaha. <>

Herry Darwanto, 29/4/2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun