Mohon tunggu...
haykalmuhammadraihan
haykalmuhammadraihan Mohon Tunggu... Pelajar/mahasiswa

Membaca, menulis, dan semacamnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sambut Semarak Hari Kartini, Yuk Ikuti Pelaksanaan Hari Perempuan Internasional Era Presiden Sukarno!

21 April 2025   20:39 Diperbarui: 21 April 2025   20:47 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 pelaksanaan Hari Perempuan Internasional era Sukarno Tahun 1951 ( Bandoeng )

Tanggal 21-April merupakan hari istimewa buat kita sebagai bangsa Indonesia, terkhusus untuk perempuan. Tanggal ini kita peringkatkan sebagai hari monumental untuk mengingat jasa-jasa Kartini sebagai seorang tokoh wanita revolusioner pada masannya. Bagaimana tidak? Di zamannya dahulu, iannya merupakan tokoh yang tidak saja berani menentang Kolonialisme Belanda, iannya pun juga kita kenal sebagai individu yang dengan fikirannnya yang kritis lantas tulisannya yang tajam juga menghujam budaya-budaya partriarki yang terdapat di sekitaran lingkungannya. Untuk menyambut semarak hari Kartini tersebut, mari simak bagaimana perayaan pelaksanaan hari perempuan Internasional pada masa Presiden Sukarno.

Untuk pertama kalinya, hari perempuan  diadakan pada tanggal 2-Februari tahun 1909, yang berasal dari Amerika. Mengenai hari perempuan Internasionalnya, berjalan beberapa tahun kemudian, yaitu tahun 1910 di Kopenhagen (Ibu kota Denmark), yang kala itu digagas oleh perhimpunan perempunan Sosialis. Namun, sewaktu perang dunia-1 berjalan, sedikit terhambat, karena menganggu hubungan internasional. Meskipun begitu, pada tahun 1915 perayaan Hari Perempuan Internasional kembali dijalankan, yaitu di kota Bern, Swiss. Melaju pada tahun 1919, yaitu setelah Perhimpunan Komunis Internasional didirikan, Hari Perempuan pun kembali dirayakan secara internasional di seluruh dunia. (De geschiedenis van den Vrouwendag.. "De tribune : soc. dem. weekblad". Amsterdam, 1931).

Pada tahun tersebut Indonesia masih lagi bernama Hindia Belanda dan masih berada dalam cengkraman Belanda. Namun, pada tahun 1945 terjadi momen penting untuk negara kita, yaitu dibacakannya proklamasi kemerdekaan oleh Sukarno. Kemudiannya Sukarno bersama Hatta menjadi pemimpin untuk negara Indonesia. Keadaan politik negara kita pun belum stabil, karena Belanda masih berniat menguasai Indonesia. Namun, setelah melakukan diplomasi juga bergeriliya dengan senjata, akhirnya pada tahun 1949 (yang diakhiri dengan perjanjian Renville) dapat juga kita kemerdekaan secara total. Hal ini kemudian setidak-tidaknya menyebabkan keadaan negara stabil---tidak ada penyerangan langsung dari Belanda.

Bertepan dengan itu, perayaan Hari Perempuan Internasional bisa dirayakan di Negara Republik Indonesia. Kala itu, pada tahun 1951, bulan Maret, tanggal delapam, atas inisitas perkumpulan Tionghoa "Hari Perempuan Internasional" yang juga dipengaruhi Komunis dirayakan di kota Bandung. Acara ini dirayakan di gedung Hua Chiao Lien Ho Hui Lithang'on di jalan Klenteng. Acara ini diramaikan oleh ibu-ibu Tionghoa dan Indonesia.

Pertemuan ini dijalankan pada jam setengah Sembilan pagi. Dalam acara ini, hadirlah ke muka umum sebagai pembicara, yaitu Ibu Pang Tek Poey dan ada juga Ibu Gouw Beng Tjoan.  Dalam penyampaiannya ke muka umum itu, iannya menyampaikan pentingnya hari perempuan. Acara kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagi "internasional" untuk hari perempuan bersama-sama.( Internationale Vrouwendag in Bandoeng. "Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode". Bandoeng, 1951).

            Perayaan Hari Perempuan Internasional ini tidak saja pada tahun 1951; pada tahun 1952 pernah dilangsungkan, juga di tahun 1953 kembali dilaksanakan yang berlokasi di Surakarta dari tanggal 5-8 Maret (Vrouwendag. "De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad". Semarang, 23-02-1953).  Pada tahun 1954, acaranya spesial yang mana kala itu hadir seorang tokoh (iannya kala itu menjabat juga sebagai Anggota DPR), yaitu Ibu Rasuna Said. Sebagai ketua kala itu, yaitu Ibu Effendie, mengutarakan persoalan seperti kenaikan harga-harga, undang-undang perkawaninan yang demokratis, tidak adanya undang-undang ketatanegaraan yang berpihak pada perempuan, terjunnya moral perempuan akibat ulah film-film juga buku-buku yang tidak mempunyai moral. Ibu Effendie juga mengutarakan nasib tragis para perempuan Indonesia sewaktu meninggal kala melahirkan dan angka meninggalnya bayi. Selain itu, kala itu cukup banyak perceraian yang menyebabkan janda yang terbaikan, rendahnya upah untuk kalangan wanita, serta banyak dijumpai kedudukan perempuan sebagai perempuan istri kedua atau juga ketiga. Ibu Rasuna Said juga tak mau ketinggalan, iannya juga mengutarakan mengenai keinginannya untuk terus berjuang mengenai hak-hak perempuan pada parlemen. Akhirnya, acara itu selesai setelah menonton film berjudul "Ditte, een mensenkind".( Internationale vrouwendag. "Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie". Batavia, 09-03-1954)

Pada era Sukarno, sering sekali  diadakan Perayaan Hari Perempuan Internasional. Dalam forum-forum tersebut, para perempuan menenkankan pentingnya posisi perempuan di tengah masyrakat Indonesia kala itu. Acara ini kadang kala seperti yang dapat kita lihat, bahwa  tidak berfokus pada satu daerah, lebihnya terkadang pada 2 tempat sekaligus. Yang juga cukup menarik perhatian, ialah perayaan Hari Perempuan Internasional juga tidak melulu pada tanggal 08-Maret, melainkan beberapa waktu sampai akhirnya menyentuh tanggal 08-Maret itu sendiri.

sumber :

De geschiedenis van den Vrouwendag.. "De tribune : soc. dem. weekblad". Amsterdam, 16-02-1931, p. 2. Geraadpleegd op Delpher op 21-04-2025, https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010467328:mpeg21:p002

Internationale Vrouwendag in Bandoeng. "Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode". Bandoeng, 09-03-1951, p. 2. Geraadpleegd op Delpher op 21-04-2025, https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010896823:mpeg21:p002

Internationale Vrouwendag in Bandoeng. "Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode". Bandoeng, 09-03-1951, p. 2. Geraadpleegd op Delpher op 21-04-2025, https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010896823:mpeg21:p002

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun