Mohon tunggu...
ManG JIMs
ManG JIMs Mohon Tunggu... Lainnya - orang desa

Change world with love

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rokok Undangan

5 Februari 2010   13:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:04 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_68834" align="alignleft" width="500" caption="GOOGLE.CO.ID"][/caption]

Kenduri di setiap daerah, tentunya memiliki perbedaan sesuai kekhasan nya masing-masing. Orang Sunda menyebutnya, ciri sabumi cara sadesa (identitas lokal akan berbeda dengan di tempat lain). Sebelum melaksanakan kenduri, si pemangku hajat tentu memersiapkan terlebih dahulu niatnya itu. Seperti membentuk panitia hajatan.

Panitia hajat memiliki tugas, pokok dan fungsi, misalnya akan menikahkan. Diantaranya menetukan siapa yang akan bertugas menerima tamu. Petugas di tempat hidangan makan, pengumpul piring, gelas, sendok dan garpu bekas pakai. Petugas mencuci alas makan. Tugas maha penting lainnya dan tidak boleh diabaikan yakni pengirim atau penyebar undangan.

Undangan yang tersebar sesuai nama-nama kerabat, tetangga, kenalan jauh atau dekat. Begitu pun  boss dan rekan-rekan di tempat kerja sebelum dan yang sekarang bekerja. Diupayakan tidak terlewati, harus sampai ke tempat tujuan. Jika perlu si pemangku hajat membuat buku ekspedisi, guna mengecek undangan itu sampai atau tidak.

Bentuk undangan pun berbeda-beda. Mungkin di kota-kota besar, bentuk undangannya sudah praktis seperti kartu undangan. Malahan sekarang ditambah foto preweding, supaya lebih keren an dianggap up to date. Begitu pun di kampung-kampung, sekarang sebagian sudah melakukan cara sama seperti di kota-kota besar.

Di Tangerang, kendati dekat dengan ibu kota dan dianggap sebagai kota industri. Tradisi yang masih mengakar kuat dan belum tergoyahkan dalam cara mengundang anggota masyarakat supaya datang ke tempat kenduri. Modelnya dengan menggunakan sebatang rokok, bukan dengan kartu undangan. Rokoknya pun berbeda-beda.


Dalam undangan yang menggunakan rokok memiliki arti khas. Misalnya rokok gudang garam merah, ji sam su, upet tambang atau filter (maaf bukan hendak promosi atau beriklan). Rokok gudang garam merah, jika diberikan pada masarakat, si pengundang sudah mafhum kalau yang diberi hanya akan memberikan kado sekian perak.

Begitu pun dengan rokok ji sam su, orang yang menerima undangan seperti ini. Sudah diperkirakan amplopnya akan tebal, biasanya pejabat di desa atau menjadi kepala dusun. Rokok filter, orang  dimaksud dianggap kelas menangah. Sedangkan yang diberi rokok upet tambang, tentu kalangan bawah.

"Tradisi, di sini (Desa Cilongok - Tangerang) mengundang dalam kenduri ya seperti itu. Menggunakan rokok. Entah berlangsung sejak kapan? Mungkin sejak adanya pabrik rokok atau sejak simbul-simbul mengundang diperkenalkan kepada masyarakat. Mungkin juga karena penduduk yang terus bertambah, sementara perekonomian masyarakat belum beranjak," ucap Ilah salah seorang warga setempat.

Petugas pengundang pun, bukan orang sembarangan yang tidak tahu warganya. Tidak mungkin pula dilakukan orang pendatang. Sebab, selain mereka tidak paham tradisi mengundang dengan cara-caranya. Juga tidak faham kondisi sosial, ekonomi masyarakat setempat. Minimal, pengundang adalah ketua kampung.

Ketua kampung, tentu bukan mengundang atas dirinya sendiri tapi atas nama pemangku hajat. Siapa pemangku hajat, tentunya anggota masyarakat setempat. Kearifan ketua kampung dalam membantu kepentingan warganya sudah menjadi keharusan. Mungkin saja, tugas, pokok dan fungsinya hanya mengundang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun