Semenjak kecil Soleh sudah ditinggal mati oleh ayah dan ibunya. Akhirnya Soleh dititipkan neneknya di sebuah padepokan. Neneknya berharap Soleh bisa belajar ilmu agama yang baik dan kelak menjadi manusia yang berguna. Begitulah harapan neneknya. Dia sudah tua dan tak sanggup lagi kalau harus dibebankan seorang anak. Untuk dirinya sendiri, dia harus menjadi pemulung. Makanya padepokan itulah yang menjadi harapan terbesar. Kini Soleh sudah menjadi pemuda yang gagah.
"Ini Soleh?" tanya neneknya. Soleh mengangguk. Neneknya merangkul dirinya. Neneknya terharu, Soleh sudah sebesar ini. Dengan pecinya dan baju kokonya Soleh tampak alim. Tak salah dirinya menitipkan Soleh di padepokan tadi. Soleh sudah menamatkan pendidikan di sana dan akan tinggal kembali bersana neneknya.
Tak terasa sudah hampir 6 bulan Soleh di rumah neneknya. Usaha bengkelnya juga sudah mulai maju. Soleh juga merekrut beberapa temannya menjadi pegawainya. Soleh di kampung itu cukup dikenal walau Soleh termasuk pemuda pendiam.Â
Setiap pulang kerja di bengkelnya Soleh ,Soleh selalu menekan kepada mereka kalau mereka harus berjihad di jalan Allah, agar bisa mengalahkan pemerintah yang zolim.dan itu butuh pengorbanan bahkan nyawa sekalipun. Begitulah Soleh. Â Dan kenyataannya yang tak bisa diketahui oleh neneknya.Â
Dan di hari yang mereka memang sudah menunggu, terdengar kabar ada ledakan bom bunuh diri di sebuah gereja dekat rumah Soleh. Bom dengan letusan yang dahsyat meluluh lantakan sebagian dari bangunan gereja. Berita sudah tersebar di semua media. Polisi dan tim gegana sudah banyak di tempat. Korban dilarikan ke beberapa rumah sakit.
Neneknya merasa gelisah karena hari ini Soleh tak pulang padahal malam sudah larut. Nenek menyuruh tetangganya untuk mencari Soleh.
"Apa mungkin terkena bom?' tanya seseorang, karena bengkel Soleh memang dekat gereja.
"Ada bom?" tanya nenek. Neneknya mulai gelisah, bagaimana kalau Soleh menjadi korban. Beberapa hari kemudian nenek didatangi polisi dan menanyakan beberapa hal tentang Soleh.
"Jadi cucu saya jadi korban?"
"Maaf nek, cucu nenek pelaku bom bunuh diri." Â Nenek memegang dadanya yang tiba-tiba sakit . Tak mungkin Soleh melakukan ini. Soleh anak alim, dia belajar di padepokan santri . Dia belajar agama. Dan itu tak mungkin Soleh.
"Gak mungkin pak, itu bukan Soleh. Dia anak alim yang rajin solat." Neneknya diajak ke rumah sakit untuk melihat jasad cucunya. Saat kain penutup dibuka. Nenek melihat wajah Soleh yang menghitam .