Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ke Mana Mereka

16 Oktober 2020   02:24 Diperbarui: 16 Oktober 2020   02:29 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www.gatra.com

Jupri menatap nanar. Kini dia sudah tak punya pekerjaan lagi. Satu-satunya yang bisa membuat dirinya bisa nafkahi istrinya hanyalah menjadi buruh pabrik. 

Kini satu peser uangpun tak ia dapatkan. Semua gara-gara dia di PHK. Sungguh dirinya tak menyangka, dia akan mendapatkan kesialan seperti ini. Sial? Ya sial. Coba saja lihat dirinya yang dibujuk pak Burhan ketua Serikat buruh untuk menjadi koordinator demo. Hampir setiap hari Jupri dicekokin dengan semangat untuk berdemo.

            "Kamu mau hanya jadi buruh dengan gaji kecil saja?" Jupri menggelengkan kepala

            "Lihat tuh perusahaan bikin peras keringatmu saja. Mau jadi seperti ini terus?" Jupri menggelengkan kepala lagi dan lagi.

            "Makanya perjuangak hak kamu dan teman-teman kalian agar kalian mendapat upah yang lebih mahal, mau?" Jupri mengangguk ragu.

            "Jangan ragu, kenapa takut? Kok memperjuangkan hak kok takut?" Hampir setiap hari Jupri dijejalkan kata-kata seperti ini. Dan akhirnya dadanya mulai bergelora. Dan Jupri mulai semangat untuk mempengaruhi teman-temannya untuk berdemo. Bahkan mulai mempengaruhi buruh di pabrik yang lain. 

Jupri mulai bergerilya. Dan Jupri mulai menikmatinya saat isi kantongnya mulai tebal. Pak Burhan selalu memberi uang untuk trasnport dan dana mengajak buruh demo. 

Dan istrinya mulai sumringah saat mendapat jatah uang yang lebih banyak.. Saat uang yang dia terima lebih banyak lagi, Jupri ajak berdemo. Semakin  semangat untuk mempengaruhinya semakin banyak uang masuk dalam kantongnya. Dan buruh sudah semakin panas. Mereka sudah sangat siap untuk demo. Mereka sudah terpacu dengan semangat yang diberikan oleh Jupri.

            "Siap untu demo lusa."

            "Siap," serentak buruh mengucapakn itu. Jupri tersenyum puas apalagi pak Burhan tersenyum puas. Dan uang mengalir kembali ke kantungnya. Jupri semakin sumringah.

            "Kamu sudah memikirkan hal yang buruk terjadi kalau akan ada demo buruh besar-besaran tidak?" tanya Kiwil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun