Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepedaan

17 September 2020   02:20 Diperbarui: 17 September 2020   03:04 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://m.radarnonstop.co

Akhirnya aku menjadi milik pak Burhan. Memang semenjak ada pandemi banyak yang membeli sepeda, bahkan sepeda dengan harga yang gak masuk akalpun laku keras. Bagi diriku sih yang hanya sepeda yang dijual second kadang suka sedih. Takut gak ada yang beli. Kalau tidak akan bulukan di toko. =

Aku sih dulu merek Brompton yang katanya sih mahal banget. Tapi model aku sudah kadaluwarsa, makanya pemilik aku yang kaya raya itu menjualnya dan mengganti yang baru yang lebih greng. Sampai suatu saat aku dibeli pak Burhan yang kecanduan naik sepeda, juga mau menaikan gengsinya sebagai orang yang katanya sih dikenal orang kaya baru. =

Karena duitnya bekum cukup banyak akhirnya beli yang bekas. Toh belinya juga di toko bonafid bukan di tukang loak atau yang berjualan di pinggir jalan. Pak Burhan masih bisa berlapang dada.Sepertinya ini awal aku memiliki cerita

Setiap pagi sebelum berangkat kantor , pak Buhan naik sepeda hanya keliling komplek tapi di akhir pekan bersama teman-temannya bersepedaan sampai jauh. Pak Burhan asyik dengan sepedanya. Setiap hari dicucinya sepeda itu seperti anaknya. =

Makanya sepeda pak Burhan selalu kinclong terus. Aku sendiri sih merasa senang karena badanku akan selalu bersih dan wangi. Walau aku suka kesel dengan bau busuk kentutnya pak Burhan. Pak Burhan merasa dirinya jadi naik kelas setelah bergabung dengan teman-teamnnya yang juga punya sepeda dengan merek mahal ini.

"Gimana kalau 2 bulan lagi kita adakan lomba sepeda, siapa yang cepat itu yang menang dan  rute ditentukan kemudian."

"Setuju." Ternyata banyak yang setuju. Akhirnya pak Burhan melatih dirinya setiap hari agar fisiknya kuat . Pak Burhan merasa dirinya harus menang. Kalau dia menang maka semua orang akan terkesan dengan dirinya. Tapi aku mulai kawatir. Pak Burhan terlalu berat berlatih . Seringkali aku juga pegal harus diduduki begitu lama oleh pak Burhan. Tapi pak Buhan pantang menyerah.

"Jangan terlalu diforsir,"tukas istrinya.

"Aku harus menang bu. Biar sepedaku bekas tapi aku bisa menang." Istrinya terdiam, dirinya kawatir dengan jantung suaminya. Niat pak Burhan memang tak bisa dibendung. Setiap hari latihan terus dan setiap pekan selalu membawaku jauh untuk memperkuat stamina.

Aku mulai merasa tubuhku juga lelah. Ada bebeapa mur yang mulai longgar sehingga terdengra suara krik, krik. Pak Burhan akhirnya membawaku ke bengkel sepeda.

Aku merasakan tubuhku banyak yang retak-retak. Namanya bekas artinya tak semulus yang baru. Belum lagi pak Burhan memforsir tenagaku. Tapi akhirnya pertandingan dimulai. Aku sudah dari awal sangat lelah, hampir tak pernah berhenti bekerja selama dua bulan ini.

Tapi apa boleh buat , niat pak Burhan sudah bulat. Benar saja sudah hampir 7 km, aku mulai kepayahan. Aku melihat pak Burhan juga kelelahan. Sepedanya banyak disusul oleh teman-temannya. Pak Burhan mulai gelisah. Dirinya harus menang. Pak Burhan mengayuh sepedanya lebih keras lagi . Dan tiba-tiba saja pak Burhan terjatuh. Aku tergeletak dengan stang putus di tengah.

"Berhenti, pak Burhan jatuh,"teriak salah satu teman pak Burhan. Semua menghampiri pak Burhan. Dan seseorang menelpun rumah sakit. Dan nyawa pak Burhan tak bisa diselamatkan. Jantung pak Burhan gak kuat dengan kerja kerasnya selama ini.

Istri pak Burhan menangis terus tak ada henti-hentinya. Ia menyesali suaminya nekad untuk ikutan lomba ini. Kini kemana lagi akan ada pemasukan uang buat dirinya ke salon, arisan, jalan-jalan ke mall. Semua hilang. Ini semua gara-gara sepeda. Aku ditendangnya kuat-kuat. Stang yang sudah patah semakin patah.

"Semua gara-agar sepeda." Dan aku akhirnya berakhir di tukang loak. Istri pak Burhan membuangku di tong sampah . Pemulung membawanya dan menjualnya di tukang loak. Kini aku menerima nasibku. Menjadi sepeda yang berjaya dengan merek terkenal, menjadi sepeda bekas yang masih kece dilihat . Dan akhirnya aku teronggok di tukang loak dengan kondisi yang menyedihkan. Apa aku akan ada yang beli?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun