Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kepalaku Berputar

8 November 2019   02:49 Diperbarui: 8 November 2019   02:53 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.pixabay.com

Sudah beberapa bulan ini kepalaku selalu berputar. Seperti bola yang diputar-putar dengan arah yang berlawanan. Rasanya memandangpun jadi tak enak karena kepalaku terus berputar. Tapi itu hanya pada saat-saat tertentu saja. Menjelang magrib penyakitku mulai kambuh. Rasanya semua ikut berputar-putar, seperti bola. Tubuhku akan melemah sehingga aku tak mampu berbuat apapun. 

Banyak orang yang bilang aku kesurupan roh halus, ada yang bilang aku diguna-guna. Masih banyak lagi perkiraan orang terhadap diriku. 

Rasanya ingin berteriak saja. Mereka tak tahu rasanya sakit yang aku rasakan. Bukan saja sakit fisikku tapi mentalku juga. Belum kata orang yang bersliweran di telingaku. Sampai aku malas untuk keluar. Bahkan ada yang mencibir kalau aku gila. Sungguh mereka kejam. 

Aku tak gila, aku masih waras. Entah sudah berapa kali aku dirukyah di beberapa ustad, di doakan dengan banyak doa, dimandikan 7 kembang, tapi tetap saja kepalaku akan terus berputar di saat menjelang magrib.

Akhiranya aku tak tahan lagi dengan omongan orang. Aku merasa semua meninggalkan aku. Kenapa? Mereka hanya tahu aku dalam satu sisi saja. Mereka tak tahu, betapa rasa luka di hatiku masih saja tersimpan di dada ini. Dan luka ini terus menggerogoti hati dan tak pernah hilang. Entah setiap aku berpikir tentang luka itu , aku mulai merasakan kepalaku berputar terus. Terus berputar. Sampai kapan, entahlah. 

Aku terlalu terluka, sampai aku akan tetap seperti ini. Adakah orang yang akan mengerti diriku ini? Aku merasa sendiri dengan luka yang teramat sakit di hati ini. Itu semua karena laki-laki itu. Laki-laki yang meninggalkanku karena lebih percaya dengan omongan oarngtuanya. 

Laki-laki yang seharusnya ada di sisiku. Tapi fitnah memang kejam. Dunia lebih percaya fitnah daripada kenyataan termasuk suamiku. Sampai aku tak bisa menguasai diriku sendiri , jiwaku seperti hilang , lari kemana. Duniaku pura-pura.

Kepalaku terus berputar. Apakah aku akan tetap bertahan sampai di sini? Atau aku menyudahi hidupku. Semua sudah tak peduli dengan diriku. Aku hanya wanita yang tak memiliki apa-apa. Semua sudah aku lakukan sebagai perempuan bagi suamiku. Tetapi itu semua tak cukup. 

Aku mulai berteriak-teriak. Kepalaku berdenyut lagi. ini lebih keras daripada sebelumnya. Sakitnya begitu terasa sampai aku kehabisan nafasku untuk menahan rasa sakit. Dan aku hanya dibiarkan di kamar sendiri merasakan rasa sakit. Rasa sakit yang begitu kuat membuat nafasku sesak, aku mulai sulit bernafas. Udara tak lagi dapat kuhirup dengan baik. Aku mulai melemah, lemah dan aku mulai melayang-layang. 

Aku melihat tubuhku di bawah sana. Kasihan diriku. Tubuhnya kurus , lusuh dan wajahnya penuh derita. Sampai aku terkuburkan dalam tanah, tak ada air mata untuk diriku. Semua merasa lega aku sudah pergi. Inilah episode hidupku, berakhir dengan kesunyian dalam kubur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun