Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Masih Adakah Cinta (13)

9 Februari 2018   03:04 Diperbarui: 9 Februari 2018   03:06 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.hipwee.com

Cerita sebelumnya

Galih mengucapkan terimakasih pada keluarga pak Rt yang telah menerima aku dan Galih. Bahkan jamuan makan malamnya walau sederhana tapi terasa nikmat. Serta kehangatan dari keluarga pak Rt yang begitu hangat menerima aku dan Galih memberi kesan tersendiri di hatiku. Malah aku jadi begitu merindukan mama dan papa. Ingin aku segera pulang dan bertemu dengan mereka. Rindu yang begitu menggebu-gebu di hatiku. Tak terasa air mataku turun lagi. Ah, aku terlalu sentimentil, cepat aku hapus air mata yang sempat mengalir.

            "Mudah-mudahan kalian selamat sampai rumah. Hati-hati ,"tukas pak Rt. Aku naik di atas motor Galih. Aku dan Galih menganggukan kepala pada mereka. Rasa terimakasih yang sangat untuk mereka. Aku dan Galih diantar oleh penduduk sampai jalan besar. Penduduk itu memberi tahu arah jalan menuju Bandung. Galih melajukan motornya. Hanyaterdengar suara deru motor. Aku memegang erat pinggang Galih. Tak terasa, angin malam membuatku mengantuk Dan aku tertidur pulas. Aku terbangun saat motor Galih berhenti di depan rumah kecil .

            "Sudah sampai? " Aku memandang sekeliling. Perlu waktu aku membiasakan diri dengan situasi di sekeliling setelah lama aku tertidur.

            "Ini rumahku. Kamu tidur dulu di sini dulu. Pagi-pagi baru aku antarkan kamu ke rumah," tukasnya. Menurut Galih kalau aku diantarkan sekarang dan ini masih menunjukkan pukul empat pagi akan membuat keributan. Mending pagi-pagi saja pulangnya. Aku sih setuju saja dengan Galih. Rasanya dari tadi aku memang tergantung dengan keputusan Galih. Aku mengikuti Galih menuju rumah kecilnya. Hanya ada satu ruang  tamu , dapur dan satu kamar. Sempit dan ventilasi udaranya kurang bagus. Aku mengamatinya  dengan perasaan tak tentu. Selama ini aku merasakan hidup yang enak, tak pernah susah. Ternyata masih ada orang yang hidupnya susah. Seperti yang dialami Galih dan bi Sum.

            "Kenapa? Rumahnya jelek ya? Ya, inilah rumah kecilku, "tukas Galih. Aku disuruhnya tidur di kamar Galih. Kamar yang walau kecil tapi tampak rapih. Aku masukdan memandang sekelilingnya.

            "Selamat tidur Karin, Istirahatlah agar tubuhmu segar kembali. Aku tidur di sofa kamar tamu,"tukasnya. Aku mengangguk dan menutup pintu kamar. Aku duduk di kasur . Ah, sebetulnya aku sudahtak sabar untuk bertemu dengan papa dan mama. Tapi apa yang diomongkan Galih juga masuk akal. Aku mendekat pada pintu lemari baju Galih. Di situ ada fotoku ditempel di pintu lemari. Ada perasaan yang sulit aku ungkapkan. Ah, Galih.... Aku mencoba untuk memejamkan mataku. Agak sulit memang, apalagi kasurnya keras sekali. Tapi rasa lelah yang sangat membuat mataku mulai terpejam dan tak ingat apa-apa lagi.

Enam

            Sinar matahari masuk lewat jendela kecil membuatku terbangun. Aku terbangun dengan kaget. Aku pandangi sekeliling kamar, masih terasa asing. Tapi perlahan tapi pasti aku mulai sadar kalau aku ada di kamar Galih bukan di vila lagi. Terdengar suara-suara di luar kamar. Aku membuka kamar dan terlihat Galih sedang menyiapkan sarapan .

            "Pagi, Karin. Makanlah, ini hanya indomi rebus. Lumayan buat menghangatkan tubuhmu,"tukas Galih sambil menyodorkan mangkuk berisi indomi. Aku duduk . Rasa lelah masih mendera tubuhku, rasanya tulang belulang tubuhku hampir semua rontok. Aku memutar pinggangku.

            "Pegal ya? Maklum kasurnya tak seempuk kasur di kamarmu." Galih menatapku perlahan. Tatapan tajam Galih tiba-tiba membuatku sedikit terkesiap. Aku tak siap dengan tatapan matanya. Aku menjadi gugup tak karuan sampai aku menyenggol gelas yang ada di meja. Gelas jatuh beserta isinya. Aku berusaha untuk membersihkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun