Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Masih Adakah Cinta (4)

29 September 2017   03:39 Diperbarui: 29 September 2017   04:01 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Ih, jorok kamu Keke," tukasku. Dan benar saja sebagian rotinya terlempar keluar saat Keke terkekeh-kekeh.

            "Jorok!"teriak Gita  Aku tergelak. Kadang aku merasa teman-teman di sekelilingku selain grupnya Sasha lebih menyenangkan untuk diajak berteman. Mungkin karena mereka tak pernah memandang teman karena sesuatu hal tapi tulus untuk berteman. Mereka akan berteman secara wajar dan lebih tulus. Tak perlu pura-pura, tak perlu sandiwara , semua wajar keluar dari lubuk hatinya. Kepura-puraan itu gak enak, sangat menyiksa. Seperti menggunakan topeng yang membuat kita tak bisa memperlihatkan sifat asli kita. Dan orang juga akan menanggapi kita dengan berpura-pura lagi. .Sungguh ada saja yang suka untuk menggunakan topeng hanya sekedar untuk menutupi kekurangannya. Padahal setiap orang pasti punya  kekurangan. Yang penting bagaimana kekurangan kita bisa tertutupi dengan kelebihan kita.

            "Eh, Karin melamun,"tegur Rara.

            Pagi itu sekolah berjalan lancar tak ada yang istimewa. Saat istrirhat aku terusik lagi untuk mencari cowok tadi. Tapi tak disangka secara tak sengaja aku melihat cowok itu sedang main basket di lapangan.

            "Rara, lihat anak-anak main basket yuk." Aku menarik lengan Rara menuju lapangan.Rara heran melihatku, dahinya tampak berkerut.

            "Gak biasanya kamu nonton basket,tapi aku lapar Karin," tukas Rara. Aku berhenti sejenak. Aku menyuruhnya jajan dan membawanya ke tepi lapangan. Rara setuju. Aku menuju sisi lapangan dan mencari tempat teduh untuk duduk di sana. Aku menoleh ke arah suara yang jelas aku tahu siapa orangnya. Benar saja. Sasha dengan grupnya mengiringi Tara yang juga hendak main basket. Tara bergabung dengan yang lainnya. Sasha mendekatiku dan menyuruhku untuk pindah. Aku enggan sebetulnya pindah . Teman-temannya menatapku dengan pandangan garang. Aku beringsut sedikit untuk memberikan tempat pada mereka.

            "Kurang Karin.  Lu gak lihat kalau kita itu ada tiga orang," keras Sasha membentakku. Saat aku berdiri , Rara datang. Rara mungkin lebih berani dariku. Sebetulnya aku juga bisa sih marah pada Sasha tapi meladeni dia itu sama saja bohong. Malah bikin semuanya jadi ribet.

            "Kamu kan tahu dari tadi Karin sudah di sini. Sukanya main serobot saja,"tegur Rara . Mungkin ribut-ribut di sini membuat cowok itu datang menghampiri.

            "Ada apa sih. Ribut saja kaya ember pecah." Cowok itu tampak kesal.

            "Iya nih, tuh cewek rese itu nyerobot tempat duduk temanku," tukas Rara. Cowok itu melihat ke arahku. Aku cepat menunduk. Ada rasa malu.

            "Gito, tolong dong , mereka suruh pindah dari sini," rengek Fenti  yang diamini yang lain. Aku menggeret lengan Rara untuk pergi dari lapangan saja. Bikin kesal saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun