Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Megawati Memasung Demokrasi di Rumah Demokrasinya, Sadarkah?

20 Oktober 2022   21:47 Diperbarui: 20 Oktober 2022   21:58 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah strategi politik yang sangat kaku dalam menentukan bakal capres atau cawapres. Terbaca untuk memuluskan langkah Puan menuju capres.

Hak Prerogatif ini pertanda Megawati masih meragukan loyalitas kadernya sendiri. Ada keraguan kader nantinya memilih selain Puan, Ganjar.

Jadi demi mengamankan keputusannya, terlebih dahulu mengeluarkan sebuah keputusan melalui Rakernas, biar terkesan ada musyawarah atau bukan karena ada rekayasa strategi.

Strategi yang dilakukan oleh Megawati yang tentu didukung oleh elit PDI-P yang dekat dengan Megawati, sangat keliru dan terkesan konvensional. Sangat kasar dan ambisius untuk mendorong Puan menjadi capres dari PDI-P.

Seharusnya melalui strategi "setting" penjaringan, jadi tetap kelihatan ada terjadi demokrasi. Pada penjaringan itulah tempatnya bergerilya menjual Puan.

Juga dengan pola penjaringan, tetap memberi ruang kader lain dan khususnya Ganjar untuk berjuang di penjaringan agar bisa terpilih. Jadi tidak terlalu kasar mematikan langkah Ganjar, dengan strategi kasar melalui hak prerogatif.


Karena kalau pola "Hak Prerogatif" ini yang dijalankan oleh PDI-P, sama saja menutup kesempatan kadernya bersuara dan terlebih tertutup ruang karir yang lebih baik secara profesional untuk berkompetisi di internal.

Kecuali dengan cara pendekatan ekstra dengan Ketum PDI-P, tapi percuma juga karena jelas "darah biru" atau "keluarga" dekat Ketum Megawati yang tentunya akan dipilih, yang lain minggir dulu, bila bukan darah biru.

Bagaimana pendapat Anda?

Jakarta, 20 Oktober 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun