Mohon tunggu...
Hasi Bayani
Hasi Bayani Mohon Tunggu... Guru Bahasa Indonesia

Instagram : hasibayaniii_

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Makanan bergizi gratis: Dari harapan menjadi kekhawatiran

24 September 2025   15:19 Diperbarui: 24 September 2025   15:23 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Hasibayani, menu MBG

Makanan Bergizi Gratis: Dari Harapan Menjadi Kekhawatiran

Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) sejatinya lahir dari niat mulia: memastikan siswa-siswi di sekolah mendapatkan asupan gizi yang cukup tanpa memberatkan orang tua. Namun, belakangan program ini justru menuai ironi. MBG yang semula dikenal sebagai "Makanan Bergizi Gratis" kini kerap diplesetkan menjadi "Makanan Beracun Gratis." Perubahan sebutan ini bukan tanpa alasan, sebab ratusan siswa, khususnya di Kabupaten Bandung Barat, dilaporkan mengalami gejala serius setelah menyantap makanan dari program ini---mulai dari kejang-kejang, mual, diare, hingga demam.

Tragedi ini menimbulkan pertanyaan besar: siapa yang harus bertanggung jawab? Lagi dan lagi, rakyat kecil menjadi korban dari sistem yang seharusnya melindungi mereka.

Namun, menghentikan program ini jelas bukan solusi. Banyak siswa dan orang tua yang sebenarnya merasa terbantu dengan adanya MBG. Bagi sebagian keluarga, makanan gratis di sekolah bukan hanya soal gizi, tapi juga keringanan ekonomi. Karena itu, yang dibutuhkan bukan penghentian, melainkan perbaikan.

Masalah kualitas pengolahan makanan tidak boleh lagi dianggap sepele. Jika alasan kejadian ini adalah proses memasak ribuan porsi yang dikerjakan sejak malam hari, maka pemerintah dan pihak terkait harus mencari jalan keluar yang lebih bijak. Apakah dengan mengalihkan pengelolaan ke dapur sekolah, mengganti bentuk bantuan menjadi bahan mentah, atau bahkan berupa uang tunai? Semua opsi terbuka untuk dipertimbangkan, asalkan keamanan dan kualitas gizi anak-anak tetap menjadi prioritas utama.

Kepercayaan masyarakat memang sudah terkikis. Setelah kejadian ini, sulit bagi orang tua untuk merasa tenang ketika anaknya menyantap makanan dari MBG. Tetapi justru karena itu, transparansi, pengawasan ketat, serta evaluasi menyeluruh harus segera dilakukan. Program yang lahir dari semangat kebaikan jangan sampai berubah menjadi bencana berkepanjangan.

MBG seharusnya menjadi simbol harapan, bukan ketakutan. Anak-anak kita berhak mendapatkan makanan yang sehat, bergizi, dan aman---bukan sekadar porsi yang asal kenyang. Jika program ini benar-benar dimaksudkan untuk menyejahterakan generasi penerus, maka tanggung jawab terbesar ada pada penyelenggara untuk memastikan tidak ada lagi korban yang jatuh di kemudian hari.

Rabu, 24 September 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun