2. Ragam Sociolek (Sosial)
Variasi berdasarkan kelas sosial, profesi, atau status ekonomi. Contoh: Bahasa formal yang digunakan oleh kalangan elit atau profesional (seperti istilah hukum di pengadilan) berbeda dengan bahasa sehari-hari masyarakat bawah. Sociolek sering mencerminkan identitas sosial.
3. Ragam Idiolek (Individu)
Variasi unik milik satu individu, dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebiasaan, atau gaya bicara. Contoh: Cara seseorang mengucapkan kata "r" dengan bergulir atau tidak, yang khas bagi dirinya saja. Idiolek sulit dideteksi kecuali dalam analisis mendalam.
4. Ragam Kronolek (Temporal atau Historis)
Variasi berdasarkan perubahan waktu atau generasi. Contoh: Bahasa Indonesia era 1940-an (dengan kosa kata lama seperti "perkakas" untuk alat) berbeda dengan bahasa modern yang dipengaruhi teknologi (seperti "smartphone"). Ini menunjukkan evolusi bahasa seiring waktu.
Fungsi Kata Baku
Fungsi kata baku secara ringkas adalah memersatukan masyarakat Indonesia yang memiliki beragam bahasa daerah, memberi kekhasan sebagai identitas bangsa, membawa kewibawaan bagi penuturnya, dan menjadi kerangka acuan untuk menilai kebenaran penggunaan bahasa. Penggunaan kata baku penting untuk komunikasi yang jelas, tepat, dan sesuai kaidah bahasa resmi.Â
1. Sebagai pemersatu: Menghubungkan penutur dari berbagai bahasa daerah di Indonesia menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa yang utuh.
2. Sebagai pemberi kekhasan: Menjadi pembeda dan ciri khas bahasa Indonesia dengan bahasa masyarakat lain, serta memperkuat rasa nasionalisme.
3. Pembawa kewibawaan: Memberikan wibawa atau prestise kepada penuturnya, terutama dalam konteks formal dan profesional.
4. Sebagai kerangka acuan: Menjadi patokan atau tolok ukur untuk menentukan benar atau tidaknya penggunaan suatu bahasa sesuai kaidah yang berlaku.
5. Menghindari kesalahpahaman: Memastikan pesan tersampaikan dengan jelas dan tepat, serta menghindari ambiguitas atau makna ganda.
Contoh Ragam Bahasa Baku dan Formal dalam Kehidupan Sehari hari
Bahasa baku merujuk pada penggunaan kata dan struktur yang sesuai kaidah resmi, sementara bahasa formal adalah gaya sopan dan terstruktur untuk konteks resmi. Keduanya sering tumpang tindih dan digunakan untuk menjaga profesionalisme. Berikut contohnya dalam situasi sehari-hari: Â
1. Di Sekolah atau Pendidikan
- Bahasa Baku: Dalam esai, tulis "Pendidikan berperan penting dalam pembangunan bangsa" bukan "Belajar itu penting buat negara" (menggunakan struktur kalimat baku tanpa kesalahan ejaan).
- Bahasa Formal: Saat presentasi, ucapkan "Saya mohon izin untuk memulai" daripada "Eh, boleh mulai nggak?" (menggunakan frasa sopan dan terstruktur).
2. Â Di Lingkungan Kerja atau Kantor
- Bahasa Baku: Alih-alih mengatakan "Gue mau ngerjain laporan ini besok", gunakan "Saya akan menyelesaikan laporan ini besok" (menggunakan kata baku "menyelesaikan" bukan slang "ngerjain").
- Bahasa Formal: Saat rapat, katakan "Terima kasih atas masukan Bapak/Ibu" daripada "Makasih ya inputnya" (menghindari singkatan dan menjaga sopan santun).
3. Di Media Sosial atau Berita
- Bahasa Baku: Posting berita: "Pemerintah meluncurkan program bantuan sosial" bukan "Pemerintah bagi-bagi duit" (menggunakan istilah baku "meluncurkan" dan "bantuan sosial").
- Bahasa Formal: Komentar profesional: "Saya setuju dengan analisis tersebut" daripada "Bener banget sih" (menjaga nada netral dan sopan).