Mohon tunggu...
Harsi Nastiti
Harsi Nastiti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"passion" must have item and "pray" must to do in everytime and everywhere

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Skripsi, Tesis, Disertasi, Si Penunggu Gudang

31 Desember 2012   07:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:45 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas sebenarnya adalah konotasi yang diberikan mengapa penunggu gudang perpus itu bukanlah hantu melainkan tumpukan dari ribuan skripsi, tesis dan disertasi. Judul ini muncul ketika saya pergi ke perpustakaan di fakultas. Kebetulan untuk menuju ke perpustakan biasanya akan melewati gudang penyimpanan yang berkaca transparan. Karena kaca yang transparan itu, maka bisa dilihat isi di dalamnya. Sempat terpikir gudang penyimpanan identik dengan logistik seperti tumpukan kardus, komputer yang sudah tidak dipakai, arsip-arsip, properti sound system dan lain-lain. Tapi gudang ini penuh dengan tumpukan karya mahasiswa.

Sebenarnya ada begitu banyak pertanyaan mengenai keberadaan tumpukan skripsi, tesis, dan disertasi itu? mau dikemanakan? apakah akan ditumpuk begitu saja? dibakar atau jadi rongsokan kertas (paling kasarnya)?  atau sebatas jadi bahan referensi saja?

Seandainya ada perlakuan di atas, ada pertanyaan lagi yang muncul, kalau begitu apa gunanya membuat skripsi, tesis, dan disertasi? Kalaupun memang sebatas formalitas memenuhi gelar sarjana apakah hanya sampai batas itu? Apakah tidak ada kegunaan yang lain?

Sayang sekali bukan, ketika mahasiswa sudah bersusah payah dalam mengerjakan karya tulis itu namun, pada akhirnya teronggok begitu saja di gudang perpustakaan. Kepuasan untuk menulis karya tulis itu seringkali  tidak dilanjutkan lagi dalam aksi yang nyata. Mungkin hal ini diakibatkan dalam hal Tujuan di dalam penulisan karya tulis itu sendiri. Misal hanya untuk mendeskripsikan, mengetahui penyebab permasalahan, dan lain-lain. Sehingga kalau sudah selesai, lulus ujian dan wisuda...ya saat itu berakhir pula karya tulis tersebut. Mentok sebagai syarat untuk memenuhi gelar sarjana pada S1, S2, dan S3.

Salah seorang dosen di fakultas saya pernah terceletuk mengatakan "Coba hasil dari penelitian di skripsi, tesis, dan disertasi itu diwujudkan, misal masalahnya apa, kemudian lakukan usaha atau pemberdayaan untuk mengatasi masalah itu, jangan cuma buat cari gelar saja". Pendapat dosen saya itu sedikit menggelitik nurani. bisakah mahasiswa yang sudah menyandang gelar sarjana merealisasikan seperti apa kata dosen itu?

Atau skripsi, tesis, dan disertasi itu bisa saja dijadikan buku dan diterbitkan pihak fakultas atau pihak penerbit tertentu. Sisa-sisa karya tulis yang ada jangan biarkan menumpuk di gudang. Apalagi jika itu keluarannya lama. Sekadar saran, boleh saja hasil-hasil karya tulis itu disumbangkan ke lembaga pendidikan non formal atau SMA-SMA sebagai bahan referensi untuk belajar dan penelitian ilmiah. Atau ditempatkan di instansi-instansi pemerintahan, kalau-kalau hasil karya tulis tersebut berguna untuk pengambilan keputusan/kebijakan. Boleh jadi berawal dari karya tulis tersebut, pemerintah bisa lebih peka dan sadar akan keadaan masyarakat.

Jadi, jangan sampai karya berharga itu, menjadi penunggu gudang saja. Pasti ga mau kan susah payah ngerjain tapi jadi sarang semut, tikus, dan laba-laba. Semoga saja suatu saat ada universitas yang mulai menyadari hal ini

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun