Mohon tunggu...
Harsi Nastiti
Harsi Nastiti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"passion" must have item and "pray" must to do in everytime and everywhere

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kesederhanaan untuk Memberi

8 Desember 2012   14:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:59 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu sore saya dan adik kos menonton acara bertema humaniora di sebuah channel TV swasta. Acaranya sangat menarik sekali. Yaitu, menampilkan kehidupan kaum menengah ke bawah yang berusaha meraih asa. Dikemas begitu sederhana dan apa adanya.

Saat itu saya tak mengira bahwa saya bakalan menonton acara tv yang semacam itu. Namun, ternyata banyak sekali pelajaran yang didapat.

Singkat cerita, ada seorang bapak petani  yang gigih melawan arus Revolusi Hijau pada zaman Orde Baru. Di zaman yang penuh dengan kekangan pemerintah tersebut, ia berhasil membuat suatu perubahan. Revolusi Hijau pada waktu itu mengakibatkan sebagian besar sawah di Jawa tidak lagi hijau. Niatnya, penggunaan pestisida dan pupuk kimia adalah untuk meningkatkan kualitas pangan, akan tetapi, malah berakibat rusaknya lahan dan tanaman. Bapak itu sudah menyadari dari awal jika penggunaan zat kimia tidaklah membantu proses pertanian menjadi semakin baik. Karena itu, sejak awal dia berusaha memegang teguh tradisi kearifan lokal yang mempertahankan kebaikan alam. Dia tidak pernah menggunakan pupuk dan pembasmi hama yang diberikan oleh Pemerintah. Sebaliknya ia tetap menggunakan pupuk kompos untuk meningkatkan kesuburan padi dan predator alam seperti laba-laba untuk membasmi hawa belalang atau wereng. Walau idealismenya sangat bagus, tapi, tanggapan pemerintah setempat berlawanan. Tiap saat dia mengajak teman-teman sesama petani di kampungnya untuk berkumpul, di situlah utusan pemerintah selalu mengawasinya. Kumpul-kumpul di zaman itu sering diduga sebagai "organisasi terlarang (OT)". Tak menyerah dengan peringatan dari utusan pemerintah dan cercaan kawan-kawan yang belum se-pemikiran, ia tetap berusaha mempertahankan idealisme kearifan lokal di lahan pertaniannya. Alhasil ditambah pengetahuannya tentang "mina padi", ia berhasil menyelamatkan lahannya dari serbuan produk kimia. Tambahan lagi, ia berhasil juga menyelamatkan sekitar 37 varietas padi lokal dan mendapat penghargaan dari Pemerintah dalam bidang pertanian.

Bisakah kita seperti itu? Memahami makna kesederhanaan menjadi sebuah hal yang luar biasa, bapak itu mengajarkan arti sebuah perjuangan dan kegigihan dalam mempertahankan apa yang seharusnya itu baik dilakukan, tidak untuk diri sendiri tapi, juga orang lain. "Penghargaan itu tidaklah berarti daripada memberi kemanfaatan bagi sesama yang membutuhkan"  kira-kira begitulah tanggapan si Bapak dalam komentarnya tentang penghargaan penyelamatan lahan pertanian dan varietas padi lokal.

Belajar dari Bapak itu bahwa memberi kemanfaatan bagi sesama adalah hal yang baik. Sederhana? barangkali iya. Tapi, di hadapan Allah SWT sana itu adalah wujud hablum minannas. Nilai pahalanya adalah apabila diniatkan karena Allah SWT.

Seharusnya para pemimpin negeri yang terkenal dengan korupsinya belajar dari orang-orang bawah yang sekiranya walau mereka tidak punya harta berlebih namun bisa memberi. Tidakkah koruptor itu harus bisa melakukan hal yang kelihatnnya sederhana itu? Tidak usahlah memperkaya diri dengan cara yang tidak baik. Apa adanya tapi, mampu memperlihatkan hal yang luar biasa bukankah lebih baik?

Kalau boleh tanya, sebenarnya para pemimpin di negeri ini dan para koruptor itu pernah ga sih menonton acara tv semacam itu? Lha wong berita nasional aja mungkin mereka jarang atau bahkan tidak pernah menonton (takut atau malu kali lihat wajahnya jadi tersangka ).

Kalau memang negeri ini butuh keteladanan, butuh pendobrak atau pembuat resolusi krisis. Ada baiknya mencontoh keteladanan Rasulullah SAW dan para sahabatnya di masa lalu. Insya Allah komplit deh contoh kebaikannya sebagai seorang pemimpin.

Karena kesederhanaan dan rasa ikhlas untuk memberi sekaligus kegigihan melawan ketidakadilan adalah sesuatu yang mahal dicari di hari ini, hari yang korupsi begitu merajalela.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun