Mohon tunggu...
Harsen Roy Tampomuri
Harsen Roy Tampomuri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Master of Arts (M.A.) Student, Politics & Government UGM | B.A. in Government | Duta Bahasa | Duta Wisata | Health Ambassador | Liaison Officer | etc

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengucapan Syukur Mitra: “Eforia Selebrasi vs Ekspresi Syukur”

10 Agustus 2014   04:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:56 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1407605969237140575

[caption id="attachment_352144" align="aligncenter" width="300" caption="Hidangan Pengucapan Syukur Minahasa"][/caption]

oleh: Harsen Roy Tampomuri

Semarang – Kurang lebih tiga hari belakangan ini suasana persiapan pengucapan syukur dari kabupaten Minahasa Tenggara menyita perhatian banyak orang. Meski tinggal diperantauan pasti tidak ketinggalan walau hanya sekedar bersenda gurau lewat telepon, pesan singkat, komentar di media sosial seperti facebook, twitter, BBM, path dan lain-lainya. Maklum ini bukan jaman surat-menyurat, sahabat pena, dan koleksi perangko lagi tapi jaman atau masa generasi digital dengan koneksi informasi yang tak ada batas.

Terlihat ramainya masyarakat berlomba-lomba menggiling beras, mencukur/parut kelapa, mengaduk adonan yang pada akhirnya menjadi bungkusan-bungkusan kue dalam daun woka (sejenis janur) yang dikenal dengan nama kue dodol. Bambu-bambu mulai dipilih, daun pisang, beras ketan, kelapa dan bumbu lainnya mulai disiapkan sehari sebelum hajatan untuk menjadi olahan Nasi Jaha (Nasi Jahe). Itulah dua kue yang selalu menjadi sajian pembuka menyambut datangnya tamu di setiap rumah . Kedua kue ini juga yang menjadi oleh-oleh khas pengucapan di Tanah Minahasa. Tak jarang digunakan sebagai simbol dari sebuah perayaan pengucapan syukur selain gambar-gambar kumpulan hasil panen.

Jika ingin menikmati sajian-sajian kuliner ekstrim ala Minahasa coba saja menyambangi tempat perayaan pengucapan syukur Minahasa. Beragam kuliner ekstrim bisa anda jumpai seperti Ikang RW (daging anjing), ikang Paniki (daging kelelawar), ikang babi (daging babi), ikang tikus (daging tikus), ikang patola (daging ular patola), sayor paku (sayur pakis) sayor pangi (sayur daun pangi), sayor bulu (sayur tunas bambu muda)dan masih banyak lagi. Namun tetap ada juga makanan-makan nasional yang disediakan karena tak sedikit tamu yang pantangan dengan kuliner ekstrim. Selain itu perayaan pengucapan syukur sudah dirayakan oleh semua penduduk Minahasa dengan agama apapun.

Menurut sejarah Minahasa yang diceritakan turun temurun dari orang tua kalau tradisi pengucapan syukur awalnya sekitar tahun 1940-an. Pengucapan syukur Minahasa hampir sama dengan Thanksgiving yang dirayakan di Negeri Paman Sam Amerika Serikat hanya saja ada perbedaan hari dan sedikit tradisi perayaan. Di Amerika Serikat, Thanksgiving selalu jatuh pada hari Kamis keempat dibulan November sedangkan di Minahasa kebanyakan pada hari Minggu sekitaran bulan Juni-Agustus. Selain itu Thanksgiving lebih menonjol pada makan malam bersama sedangkan di Minahasa makan mulai siang hingga malam hari.

Awal pelaksanaan pengucapan syukur di Tanah Minahasa konon katanya dipelopori oleh gereja sebagai bagian dari ekspresi syukur atas hasil panen yang merupakan berkat dari Tuhan. Zaman dan generasi berganti tak terasa pergeseran makna perayaan semakin jauh. Perayaan Pengucapan Syukur mulai bergeser makna pada sebuah pesta pora yang terkadang dianggap memberatkan. Selain itu ibadah syukur di rumah gereja yang awalnya menjadi hal utama kini mulai ditinggalkan. Tak jarang yang mengikuti kebaktian digereja hanya sedikit dengan alasan sibuk menyambut tamu dan terlalu capek berpacu semalaman suntuk mempersiapkan sebuah hajatan.

Namun perayaan tahun ini mulai diarahkan kembali pada makna perayaan sebenarnya. Perayaan per kabupaten/kawasan sengaja dibuat untuk mengurangi intensitas perayaan jika dibuat secara terpisah per desa/kecamatan dan tentunya mengurangi dana. Selain itu peran tokoh agama dan pemerintah kembali mempertegas makna perayaan ini pada sebuah ekspresi ucapan syukur bukan sekedar eforia dan tradisi selebrasi. Untuk daerah Minahasa Tenggara tercatat dalam sejarah sebagai pelaksanaan pertama se kabupaten sebab sebelumnya dilaksanakan sendiri-sendiri per kecamatan.

Salah satu daerah di Minahasa Tenggara yakni daerah Tombatu Raya (enam kecamatan yang dulunya satu) perayaan tahun ini dirasa agak janggal. Hal ini dilandasi pada satu alasan historis yang menjadi tradisi perayaan setiap tanggal 17 Agustus bersamaan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Paduan semangat nasionalisme dan spiritualisme mewarnai perayaan pengucapan syukur di Tombatu dari masa ke masa. Namun demi kebersamaan masyarakat Tombatu legowo untuk merayakan secara bersama-sama se Kabupaten Minahasa Tenggara pada tanggal 10 Agustus.

Kapanpun dan di manapun Pengucapan Syukur Minahasa dirayakan sekiranya dapat kembali pada tujuan awal perayaan ini yakni sebuah ekspresi ucapan syukur atas segala berkat Tuhan melalui hasil panen/pekerjaan. Melakukan hajatan boleh-boleh saja yang penting jangan akhirnya menjadi beban dan memberatkan. Lebih dari sekedar makan-makan dan sebuah perayaan biarlah menjadi momentum untuk mempererat tali persaudaraan dan kekerabatan.

Selamat merayakan Pengucapan Syukur untuk Kabupaten Minahasa Tenggara khususnya daerah Tombatu Raya.“PAHATU’AN BO’ PAHALOWI’DEN KITA PAHASA “. (hrt09082014)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun