Mohon tunggu...
Angiola Harry
Angiola Harry Mohon Tunggu... Freelancer - Common Profile

Seorang jurnalis biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dunia Butuh Banyak Storyteller

15 Januari 2020   12:30 Diperbarui: 19 Januari 2020   06:27 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via marketingland.com

Ternyata, dunia ini masih butuh banyak eksplorasi. Karena rupanya masih banyak hal-hal yang belum terjembatani. 

Adriani Sunuddin, salah satu pengajar ilmu kelautan di IPB University, mengatakan bahwa sangat butuh storytelling yang baik untuk menjembatani hal-hal yang ingin diungkapkan kepada publik. Atas dasar itu, maka terungkap bahwa ilmu juga butuh diceritakan dengan baik.

Sebelumnya, apa sih storytelling itu? Mengapa dia bisa menjadi jembatan ilmu? Bahkan dalam bukunya "Extraordinary Minds" Howard Gardner mengatakan bahwa tokoh sekaliber Mahatma Gandhi, menciptakan perdamaian di India melalui storytelling.

Mahatma Gandhi. Ilustrasi Detik.com
Mahatma Gandhi. Ilustrasi Detik.com
"Gandhi's use of Storytelling to bring about peaceful change in India." - Howard Gardner

Sebetulnya sederhana saja : story telling adalah menceritakan kembali apa yang kita alami, sesekali atau berulang kali.

Storytelling syaratnya utamanya adalah kita dapat melihat atau mendengar. Setelah melihat atau mendengar, selanjutnya kita harus tertarik, untuk kita pikirkan baik-baik. Bila tidak tertarik (tiada passion), maka susah untuk menjadi sebuah cerita. Kemudian barulah kita ceritakan kepada orang lain.

Ceritakan dengan bahasa yang mudah dipahami, bahkan oleh anak-anak sekalipun. Dan storyteller, pada hakikatnya ialah orang yang bercerita.

Tidak usah memasukkan analisa yang rumit dalam bercerita. Tidak usah pula semua rincian kejadian hingga sekecil-kecilnya, kita ungkapkan. Karena pada akhirnya, apa yang kita paparkan malah tidak dipahami orang karena terlalu rumit.

Misalnya cerita tentang bagaimana reaksi tubuh ini setelah makan buah mangga yang matang di pohon.

Kita tak perlu menjelaskan tentang zat-zat apa saja yang membuat buah mangga tersebut manis, tak usah pula kita mengajarkan tentang unsur hara apa saja yang membuat pohon mangga itu tumbuh subur. Apalagi memaparkan reaksi kimia tubuh kita saat buah mangga tersebut kita telan ke dalam perut.

Cukup ceritakan saja bahwa mangga yang matang di pohon, akan lebih segar daripada mangga yang matang oleh karung karbit. Dan tentunya, lebih menyehatkan bagi tubuh ini. Singkat, jelas, dan meyakinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun