Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

11 Cerita Fiksi(ana) yang Mengganggu Selama 2016

24 Januari 2017   11:11 Diperbarui: 24 Januari 2017   21:46 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

10/

Saya pilih ketiga cerpen ini karena ketiganya punya bentuk dan karakter yang berbeda-beda. Dan yang paling menyenangkan, ini tidak saya duga sebelumnya, ketiganya adalah penulis perempuan. Saya pernah sedikit menyingung ini saat membuat resensi buku kumpulan cerita Norman Erikson Pasaribu Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu (yang ternyata dia itu laki-laki, sial! tapi bukan itu sih inti tulisan itu): Kesepian Itu Berwujud, Punya Bentuk!

Ketiga cerpen itu: Terendam dalam Cairan Biru Langit yang ditulis Livia Halim; Bunga-bunga Rindu, Rindu-rindu Paras yang ditulis Harirotul Fikri; dan Kupu-kupu Yang Hinggap di Rambut Ibu yang ditulis Fitri Manalu.

Melanjutkan apa yang ditulis Eka Kurniawan dalam esainya, ketiga penulis ini punya cara mereka masing-masing untuk membuat pembaca mereka menjadi nyaman. Livia Halim dengan bentuk surealisme-nya, Harirotul Fikri dengan prosa lirisnya, dan Fitri Manalu dengan detil-detil yang sungguh saya kagumi sampai sekarang. Malah di sini permasalahannya: akan jadi mengganggu buat saya ketika ketiga penulis ini tidak membuat tulisan sebagaimana telah tumbuh dalam bayangan saya semula. Maksudnya, sekuat apa mereka mampu mempertahankannya? Di sini kapasitas saya hanya bisa mendoakan saja. Teruslah berkarya!

11/

Apa yang tertulis, tetap tertulis, begitu kata satu ayat di Alkitab. Itu saya tahu dari pasangan saya (yang dulu) ketika mulai bosan melihat saya banyak baca, tapi sedikit menulis. Semacam penyemangat atau apalah sebutannya. Untuk itulah sampai sekarang saya sedang mengimbangi antara membaca dan menulis. Namun, mungkin akan timpang prosentasenya, sebab yang banyak dilakukan penulis adalah membaca. Begitu katanya. Dengan banyak membaca tulisan-tulisan di kanal Fiksiana, misalnya. Dan karena sudah tidak ada yang meningatkan saya, mohon ingatkan supaya tidak lupa kembali menulis hal serupa tahun depan. Doakan dan ingatkan saja. 

Sebenarnya semua tulisan bagus buat saja. Hanya saja, yha memang tidak sempurna. Hanya saja ke-11 cerita ini mengggangu saya selama 2016.

Kepada semua yang masih menulis di kanal Fiksiana..., terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun