Mohon tunggu...
Harry Cahya
Harry Cahya Mohon Tunggu... Konsultan - Saya adalah seorang yang senang berbagi pengalaman & visi.\r\nMelihat kehidupan sebagai anugrah yang harus disyukuri, sekaligus tantangan yang harus dihadapi.\r\nMisi ku adalah menjadi saluran berkat Tuhan bagi orang lain. Pandanganku tentang kehidupan kutulis dalam buku \"Quantum Asset\" (terbit 2008)

Saya adalah seorang yang senang berbagi pengalaman & visi.\r\nMelihat kehidupan sebagai anugrah yang harus disyukuri, sekaligus tantangan yang harus dihadapi.\r\nMisi ku adalah menjadi saluran berkat Tuhan bagi orang lain. Pandanganku tentang kehidupan kutulis dalam buku \"Quantum Asset\" (terbit 2008)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelaksanaan Pancasila di Tengah Wabah

25 Maret 2020   18:00 Diperbarui: 25 Maret 2020   18:01 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melawan penyebaran Covid.19 dengan keyakinan bahwa kita bisa melalui solidaritas cerdas, ketenangan dan disiplin dalam "Social Distanching" | Dok. pribadi

         Siapakah yang diuji oleh covid.19. tak lain adalah Peradaban Global. Peradaban yang berjalan dalam sejarah sarat struggle up and down dalam percaturan interaksi antara kekuasaan sekularisme dan relegiusitas. Perpaduan ini kala itu diharapkan menjadi panduan meniti harnoni bagi tata kehidupan insani di bumi namun telah dilalap oleh imperium  keserakahan dan kemunafikan.  Simbiose Imperium Raja dan Kaisar  dengan  penimpin agama sejak puluhan abad yang lalu seakan telah sepakat untuk tetap mempertahankan regim munafik istana formal seraya menumpas kesadaran dinamis tentang hidup "SAKDERMA DALAM KESEJATIAN KASIH"

Tuhan yang dalam tradisi genuin bersemayam di dalam hati oleh perwahyuan para Nabi  anonim ribuan tahun lalu di istana awang uwung telah dicabik cabik oleh kuasa dan kemegahan istana formalitas .   Hidup kemudian hanyalah menjadi sistimatika teknis prosedural yang dipenuhi oleh gegap gempita deklarasi maharaja dan kemegahan event global  dengan simbol simbol fantastis kreasi para Event Organizer Peradaban.

Jadilah Peradaban kehidupan  berbasiskan simbol-simbol ketertiban dengan tata aturan ribuan hukum yang beranggotakan pasal-pasal,  ayat-ayat serta  klasul  baik di domain negara maupun agama.

Hukum di wilayah adikodrati telah di down grade  pemaknaannya oleh kekuasaan, sehingga menjadi ribuan tafsir sekaligus melahirkan berbagai fatwa manusia yang penuh keberanian spekulatif mengatasnamakan dosa atau suci, sorga atau neraka yang yang hal ini kini justru semakin menjauhkan kehakikatan manusia, ciptaan dalam konteks "Sangkan Paraning Dumadi" yang lebih mengutamakan kesadaran diri akan rasa, etika dan cinta.

Manusia yang semakin menjadi  kreatif nyaris tak lagi menghadirkan Allah di pusat interaksi cintaNya, melainkan justru semakin berani fait accompli  on behalf Mr. God, I say,...!

Kemunafikan dan kesombongan kekuasaan telah demikian akut.   Kisah pelajaran peradaban Sodom dan Gomora maupun Manara Babel  kian  dianggap hanyalah  bagaikan  cerita film (an sich) sebagai produk kreatif dari  para penulis skenario Hollywood movie.

MENIMBANG SITUASI HARI INI

Wabah covid.19 yang kini melanda dunia telah mengantar kita ke berjuta pertanyaan. Mengapa ini terjadi. Makna apa di balik peristiwa dunia ini bagi kehidupan bersama. Apakah ini hanya peristiwa kesehatan ataukah ini peristiwa peradaban secara holistic. Jika efek dari peristiwa kesehatan ini telah merasuki seluruh lini kehidupan, ya sosial, ya ekonomi, ya religiusitas, politik, keamanan, maka terlampau sulit untuk kita mengatakan bahwa ini hanyalah peristiwa kesehatan. Sesunggunya memang lebih arif bila kita memaknai peritiwa ini sebagai peristiwa holistik peradaban.

Alam semesta berikut misteri kekuasaan yang menanungi mengajak kita untuk mereset (menformat ulang ) tata hubungan kehidupan kita. Ini berarti peristiwa hendak mengajak kita secara  "paksa" untuk merevolusi total cara hidup dunia saat ini. Indonesia yang adalah bagian dari peradaban global tengah merasakan dan menghadapi peritiwa covid.19 di hari ini dan hari-hari yang akan datang. Kita musti "cooling down" atau "calm down" meminjam istilah Sri Sultan Hamengku Buwana X.  setidaknya itu memberi isyarat mengajak hentikan pertikaian, polemik antara "locked down" atau no Locked Down. Refleksi holistik tidak sedangkal keputusan politis.

Mawasdiri holistik mengajak kita dengan agak "memaksa" untuk kembali kepada hakikat kemanusiaan, ciptaaan dan cinta dalam konteks "Sangkan Paraning Dumadi" .  Dalam hal refleksi holistik atas peristiwa covid.19 ini kita sebenarnya memiliki piranti-piranti demi mengantarkan kita pada posisi yang relatif  lebih siap dan tenang dibanding negara-negara lain.  Mengapa,...

Karena kita memiliki pusaka jati PANCASILA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun