Mohon tunggu...
Harry Wijaya
Harry Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Asal Depok, Jawa Barat.

Deep thinker. Saya suka menulis esai, cerpen, puisi, dan novel. Bacaan kesukaan saya sejarah, filsafat, juga novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Perempuan di Ruang Tamu

23 November 2019   04:07 Diperbarui: 23 November 2019   05:35 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     
  Sudah lebih dari satu minggu Rani mengurung diri di rumah sederhananya seperti hewan yang berhibernasi. Sesekali di pagi hari dia keluar hanya untuk membeli kebutuhan pokoknya. Semua pekerjaan, teman dan lainnya ia tinggalkan begitu saja. Padahal rumah ini tak menawarkan satu pun hal istimewa kepadanya, yang ada justru kesuraman dan kesedihan.


  Saat ini, Rani memang sedang dalam masa berkabung karena kehilangan keluarga terakhirnya, yaitu adiknya. Karena Rani memang anak yatim piatu sejak dulu. Kehilangan adiknya itu menjadi pukulan berat kepadanya. Apalagi dia menyalahkan dirinya sendiri atas tragedi yang merenggut nyawa sang adik. Rani seakan tak menerima kenyataan ini dan menjauh dari dunia luar, mengurung diri di dalam rumah dan membiarkan dirinya larut dalam kesedihan serta penyesalan yang teramat dalam.


  Setiap pagi Rani terbangun pukul 06:00. Bunyi alarm dari handphonenya memecah keheningan kala itu. Rani berusaha menggapai handphone dari balik selimut yang menutupinya saat tidur. Ia segera turun dari ranjangnya setelah alarm dimatikan, berdiri menghadap cermin dan mengikat rambutnya.  Setelah itu Rani memakai sebuah kardigan dan bersiap untuk pergi belanja bahan makanan.


  Dirinya terhenti ketika sampai di depan pintu kamarnya. Rani mendengar suatu suara dari luar kamarnya. Suara itu tampak membuatnya ketakutan dan tegang. Suara itu adalah suara perempuan menangis. Padahal hanya ada Rani sendiri yang tinggal di rumahnya. Rani mengintip dari celah lubang kunci dan melihat sesosok perempuan misterius berbaju putih sedang duduk di sofa ruang tamu sambil menangis dan kedua tangan menutupi wajahnya.
Ini bukan pertama kalinya perempuan misterius itu muncul di rumahnya. Perempuan itu selalu muncul, duduk dan menangis di ruang tamu sejak tragedi meninggalnya adik Rani. Sudah seminggu sosok itu muncul di ruang tamunya. Perempuan itu selalu muncul secara acak di jam-jam tertentu, kemudian menghilang. Dan tiba-tiba muncul lagi keesokan harinya. Begitu terus sampai hari-hari berikutnya dalam posisi yang sama pula. Duduk menangis di ruang tamu dengan tangan menutupi wajahnya. Rani yang tadi hendak keluar kamar pun mengurungkan niatnya, ia mengunci pintu kamar dan keluar rumah melalui jendela kamarnya. Barulah dengan begitu ia bisa keluar rumah.


  Rani kemudian bergerak menuju pasar yang tak jauh dari rumahnya. Melewati gang-gang sempit sampai akhirnya sampai di pinggir jalan raya. Saat Rani sedang berjalan di trotoar menuju pasar, sebuah mobil menepi tepat di dekat Rani. Dan tampaknya Rani sudah mengenali mobil itu. Keluarlah seorang laki-laki teman Rani bernama Tio yang tergesa-gesa keluar dari mobil.


"Ran! Rani tunggu Ran!" Kata Tio menghentikan Rani.


"Mau ngapain lagi lo?" Tanya Rani.


"Ran, lo itu kemana aja sih? Atasan kantor pada nanyain lu semua. Lu udah seminggu lebih gak masuk kerja, gue khawatir mereka akan ganti posisi lo sama orang lain. Gue mohon Ran, lo masuk kerja lagi ya." Kata Tio yang memohon.


"Tio, gue ini lagi masa berkabung. Lo tau kan?"


"Ran, mau sampai kapan lo berkabung? Udah seminggu lebih Ran!"
Rani terdiam kesal dan kemudian berjalan meninggalkan Tio sendirian tanpa menjawab pertanyaannya.


"Ran! Move on Ran!" Teriak Tio namun tetap diabaikan oleh Rani yang semakin jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun