Mohon tunggu...
Harry Wijaya
Harry Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Asal Depok, Jawa Barat.

Deep thinker. Saya suka menulis esai, cerpen, puisi, dan novel. Bacaan kesukaan saya sejarah, filsafat, juga novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Alifah dan Cadarnya

25 Agustus 2019   17:53 Diperbarui: 25 Agustus 2019   17:56 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hasil olahan pribadi

Aku menulis untuk menyuarakan pendapat, aku menulis juga untuk menumpahkan emosi, terkadang juga aku menulis karena merasa resah. Dan sekarang aku menulis, aku sedang merasa resah kali ini. Aku membuat cerpen satir ini untuk membungkam mereka yang berpandangan buruk terhadap mereka, yang menjalankan Sunnah agama nya.

Mungkin aku ingin menjadi Multatuli kedua, tapi ya, aku bukan dia. Tapi setidaknya aku terinspirasi dari dia, dia menulis untuk melawan ketidakadilan di zamannya. Maka aku ingin melawan dengan cara yang sama, seperti Multatuli. Aku selalu berharap semoga saja kisah ini tidak monoton, dan juga tersampaikan.

Dia adalah Alifah, lihatlah dia, dia cantik. Mata nya indah. Tubuhnya tak terlalu tinggi, dia hanyalah penjual makanan yang di jual nya di rumah yang terletak di kota Bogor dan dia juga berjualan di toko online pribadi miliknya. Dia cantik, tapi aku tahu, Alifah tidak sombong karena dia tak memamerkan kecantikan tersebut ke semua orang terutama laki-laki, dia adalah perempuan berumur 20 tahun yang dengan bijak mampu menjaga diri nya dari hal-hal yang tidak dibenarkan dalam agama yang di percayai nya. Ya, dia bercadar, dia memakai kain yang menutupi wajahnya dan hanya memperlihatkan mata nya. Perempuan 20 tahun ini sedikit pemalu tetapi dia adalah pendengar yang baik untuk teman-temannya, dia bisa sangat akrab dan suka mengobrol saat dia sudah mengenal dekat seseorang. Namun saat masih belum terlalu kenal, Alifah adalah orang yang pemalu.

Keluarga Alifah memang seorang muslim yang taat, ayah nya seorang pengusaha makanan meskipun tidak terkenal dan besar. Tapi cukup untuk menghidupi keluarga nya, sedangkan ibu nya yang juga bercadar adalah seorang ibu rumah tangga, dia istri yang penurut dan ibu yang penyayang pada anak nya. Alifah memiliki dua adik yang semua nya laki-laki, mereka adalah Amir dan Fatah. Harus aku katakan bahwa keluarga mereka adalah keluarga yang saling mendukung satu sama lain, bahkan saat Alifah mencoba menjual makanannya sendiri mengikuti jejak ayah nya

Walaupun memakai cadar, Alifah tidak menjauh dari masyarakat yang tidak bercadar, dia bahkan berteman baik dengan temannya dari sekolah yaitu Kamila yang bahkan tidak memakai hijab walaupun dia seorang muslim, namun Alifah tidak mempermasalahkan dan tetap berteman dengan nya. Alifah dan Kamila berteman saat masih berada di bangku SMA. Saat di sekolah, hampir setiap hari mereka selalu berdua, yang hebat dari mereka berdua adalah bahwa mereka saling melengkapi satu sama lain sebagai seorang sahabat, kau tahu? mereka bagaikan dua sayap yang bersatu untuk terbang bersama. Sama seperti Alifah, Kamila adalah orang yang juga pemalu. Itulah mengapa mereka bisa berteman dengan kesamaan ini. Yang unik adalah, saat seorang laki-laki mengajak mereka berdua berkenalan, mereka berdua akan menggenggam tangan satu sama lain dengan erat karena malu dan waspada sambil menjawab laki-laki itu bersama-sama, biasanya Alifah akan berbisik pada Kamila "Kita harus jawab gimana?" Padahal Kamila pun tak tahu. Sangat lucu membayangkan mereka berdua.

Kamila sendiri adalah seorang kutu buku yang cinta akan pengetahuan, tak seperti Alifah yang terjun ke dunia bisnis makanan. Dia memilih meneruskan kuliah nya di Universitas Pakuan Bogor. Dia senang membaca seputar sejarah, astronomi dan filsafat. Walau pun di bilang kutu buku, dia tidak memakai kacamata ataupun bergaya kaku dan aneh. Dia selalu memakai baju yang terkesan kasual, dengan sweater yang selalu dia kenakan.
"Oh, Alifah sudah menunggu ku di Botani." Ucap Kamila dalam hati saat membaca pesan teks dari sahabat nya itu.

  Maka Kamila langsung bergegas menuju Botani, tempat dimana mereka berjanjian untuk menonton film bersama. Saat itu kuliah nya baru selesai dan dia yang mendapat kabar bahwa Alifah sudah di lokasi langsung menuju kesana. Botani dan kampus nya tidak begitu jauh, dan dia punya jalan alternatif dengan melewati kampung-kampung untuk mencapai Botani dengan cepat. Saat sampai di Botani dia mencari dimanakah sahabat itu berada. Dia pun menemukan seperti biasa gadis bercadar di dekat pintu masuk. Mereka bertemu dan mulai masuk ke dalam, mereka akan menonton salah satu film action yang lama mereka tunggu penayangan nya.

Kau tahu? Biasanya ada saja yang menatap Alifah dengan tatapan aneh karena cadarnya, bahkan terkadang mengejek nya. Namun kemungkinan dia akan di ejek adalah 2 : 10. Kemungkinan yang kecil, namun jika seandainya terjadi, Kamila yang akan melawan. Gadis pemalu itu bisa menjadi agresif untuk melindungi sahabat baiknya itu. Namun, Alifah selalu berkata bahwa "Sebaiknya kita menjauh saja, jangan bikin keributan." Maka dari itu, permasalahan tak pernah menjadi panjang.

Kau tahu? Sebenarnya masih banyak orang-orang yang mengejek gadis bercadar seperti Alifah, bahkan kemungkinan nya menjadi 8 : 10. Namun kenapa sebelumnya saya sebutkan 2 : 10. Karena bisa saya simpulkan sisa nya adalah orang-orang pengecut dan munafik. Ya, saya sudah sering menjumpai. Hanya sedikit bahkan sangat jarang mereka yang mengejeknya secara langsung. Namun kemudian banyak dari mereka yang mengejeknya melalui media sosial dan internet, menganggap mereka radikal, teroris dan lain sebagainya. Kau bisa melihat mereka, orang-orang di dalam Botani, mereka biasa saja saat melihat Alifah berjalan dengan cadar nya, mereka tampak baik dan menjaga toleransi. Tapi kita tidak tahu, seperti apa mereka di media sosial mereka.

Yup, disinilah yang kemudian saya sebut mereka pengecut, munafik dan bermuka dua. Dengan mengejek dan menjelekkan cadar di sosial media, mereka bisa saja membuat persepsi jelek dalam masyarakat dan semakin banyak yang membenci cadar. Apakah bagus kalau menjadi pusat penyebaran kebencian, yang berarti pusat dari dosa-dosa. Karena dalam agama menyebar kebencian adalah dosa. Bahkan jika benar ada seorang yang senang menyebar kebencian, saya yakin dia tidak di terima di agama manapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun