Mohon tunggu...
Harry Wijaya
Harry Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Asal Depok, Jawa Barat.

Deep thinker. Saya suka menulis esai, cerpen, puisi, dan novel. Bacaan kesukaan saya sejarah, filsafat, juga novel.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kritik Sosial: Subjektivitas Rakyat Indonesia

25 Agustus 2019   12:26 Diperbarui: 25 Agustus 2019   13:00 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari pemaparan contoh di atas kita bisa tahu, akan penting nya mengambil sudut pandang yang objektif, melihat suatu masalah langsung dari kedua belah pihak, dan melihat suatu masalah langsung di lapangan. Dan dari sini akan tercipta satu sudut pandang baru yang menjadi jalan tengah, yang sifat nya tidak dari perseorangan, melainkan berdasarkan fakta yang aktual.

Jika misalnya seorang pemimpin bilang kalau "Cadar itu Radikal" maka jangan langsung percaya kata pemimpin itu. Tapi langkah yang paling tepat adalah mempelajari mengenai cadar pelajari fungsi dan tujuan penggunaan nya, pelajari juga ajarannya, sehingga kita dapat menemukan sudut pandang yang benar. Dan seperti itulah seharusnya seorang yang objektif menanggapi masalah. Ingat kata kunci nya! Jika kamu merasa tak suka pada sesuatu, maka pelajari lah sesuatu tersebut, dan temukan kebenaran nya.

NETRALISASI MEDIA BERITA

Dalam permasalahan ini, si pembuat berita juga memiliki peranan dan tanggung jawab nya. pembuat berita haruslah bersikap netral dalam menyampaikan berita mengenai konflik yang terjadi di masyarakat. Jangan malah memihak ke satu kubu yang di anggap menguntungkan bagi mereka. Ini berbahaya karena punya potensi merusak kesatuan bangsa. Dan jika bangsa ini rusak, media tersebut juga akan rusak, sehingga kemana lari nya keuntungan yang mereka dapat.

Saya ambil contoh, jika suatu kubu memiliki satu keburukan, maka keburukan itu akan gencar di beritakan di sana sini oleh media komersil. Berita mengenai keburukan kubu yang menjadi "Lawan" bagi kubu yang mereka bela. Siapa kubu yang mereka bela? Yaitu kubu yang menguntungkan mereka. Semakin suatu kubu di benci di masyarakat, maka berita keburukan tersebut akan terus gencar di berita kan demi keuntungan mereka.

Dengan judul-judul yang berlebihan, yang menarik minat pembaca. Sehingga berita keburukan tersebut terus-menerus di sebar oleh masyarakat pengguna sosial media, yang nanti nya akan semakin menguntungkan si media komersil tersebut. Sehingga kubu yang keburukan nya terus di beritakan tersebut akan semakin di benci oleh masyarakat yang terhasut dan termakan berita, dan inilah yang bahaya, yaitu saat subjektivitas masyarakat, berubah menjadi doktrin kebencian yang terus menyebar. Sehingga ruang lingkup sosial kita menjadi tak sehat. Doktrin-doktrin tersebut bisa masuk ke kepala masyarakat karena dua faktor, yaitu media komersil yang gencar memberitakan dan juga kurang nya masyarakat dalam berfikir objektif.

Saya memiliki solusi yang mungkin bisa menjadi sebuah sintesis dalam masalah ini. Yaitu, jika media berita komersil menyampaikan sebuah berita mengenai keburukan suatu kubu/kelompok/golongan dan invidu, maka akan lebih baik jika berita keburukan mereka itu dibarengi dengan berita kebaikan mereka di dalamnya. Sehingga masyarakat bisa memilih dari perspektif mana mereka mau menanggapi masalah ini, dari sudut pandang mana mereka akan memberikan reaksi. Dan juga, berita tersebut tidak berubah menjadi sebuah doktrin kebencian, melainkan menjadi sebuah berita yang netral, dimana pembaca nya bisa mengetahui keburukan, tanpa meninggalkan kebaikan nya. Karena kita cenderung melupakan kebaikan, saat mendengar keburukan suatu pihak.

Dibutuhkan perubahan pada diri masyarakat, karena dalam penyebarannya. Media berita komersil cenderung menyebarkan berita yang sudah heboh di masyarakat, dan media berita komersil juga lebih senang mengambil sudut pandang yang lebih banyak ada di masyarakat. Sehingga semua ini tergantung kita, kalau kita bijak dalam mengambil sudut pandang, jika kita objektif dalam mengambil sudut pandang, dan tidak serampangan dalam menilai suatu masalah. Saya rasa media-media tersebut juga akan mengikuti kita, mengikuti apa yang mendominasi masyarakat.

Dengan begitu, maka sebenarnya perubahan itu juga berawal dari kita. Kita masyarakat nya, kita yang menerima informasi serta berita, maka kita juga lah yang semesti nya memulai perubahan tersebut. Jangan mudah untuk termakan berita, jangan mudah terhasut oleh satu golongan, tapi temukan kebenaran mu sendiri. Menjadi masyarakat cerdas, bijak dan objektif dalam menanggapi suatu masalah.

Sekian dari saya.

Harry Wijaya

2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun