Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Alkitab Bukan Buku Moral

9 Oktober 2025   11:24 Diperbarui: 9 Oktober 2025   11:24 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tidak sedikit orang mempelajari Alkitab bukan untuk direnungkan dan diamalkan, tetapi untuk mencari-cari kesalahan. Karena dalam Alkitab ternyata banyak diketemukan cerita atau kisah-kisah tentang kekerasan, penganiayaan, penindasan, perampasan, penjarahan, perampokan dan juga tindakan-tindakan tidak benar lainnya. Bahkan dalam Alkitab juga banyak diceritakan tentang percabulan, perselingkuhan,  pemerkosaan, pelacuran, pelecehan dan banyak kisah amoral lainnya, maka tidak salah apabila ada sebagian orang yang kemudian langsung ambil kesimpulan bahwa Alkitab itu bukanlah buku yang patut ditiru atau bukanlah buku yang mengajarkan moral. Karena menurut kesimpulan mereka Alkitab tidak mengajarkan tentang kebaikan.

Sebagai contoh perzinaan yang dilakukan Daud dengan Batsyeba. Daud sebagai Raja tetapi tidak memberikan contoh yang baik. Dengan sewenang-wenang Daud ambil istri orang dan yang lebih parah dan tidak bermoral lagi, untuk menutupi perbuatan biadapnya tersebut Daud membunuh suami Betsyeba dengan cara yang sangat licik dan keji, yaitu menaruh atau mengumpan Uria dalam peperangan sehinga suami Betsyeba ini meninggal dalam peperangan. Padahal sebenarnya meninggalnya Uria, adalah rekayasa dari akal bulusnya dari Daud. Supaya tidak ketahuan bahwa yang membunuh itu sebenarnya Daud. Bukankah ini perbuatan amoral yang tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang raja yang ada kaitannya dengan silsilah Yesus.

Cerita yang ada dalam Alkitab yang tidak bermoral lagi yaitu ketika Tamar diperkosa oleh kakak ipar sendiri yaitu Amnon. Ammon sudah tahu bahwa perbuatan itu adalah perbuatan yang sangat tidak bermoral, karena yang menjadi korban bukan orang lain, tetapi masih saudaranya sendiri.

Dengan berpura-pura sakit, kemudian Amnon memanggil Tamar agar dapat membantu  melayani dengan memberi makanan, tetapi ketika sampai di kamar Tamar adiknya ditarik dan disuruh melayani permintaan bejat dari kakak iparnya. Karena tenaga Amnon lebih kuat dibanding Tamar yang seorang perempuan maka Tamar berhasil dipaksa dan disetubuhinya.

Cerita ini tidak berhenti sampai disitu, ketika kakaknya Tamar yang bernama Absalom mengetahui perbuatan keji Amnon, akhirnya tersulutlah rasa dendam, dan akhirnya Absalom membuat satu perhitungan. Dendam yang disebabkan karena pemerkosaan tersebut mengakibatkan terjadinya pembunuhan. Cerita singkatnya akhirnya Amnon dibunuh oleh Absalom.

Penipuan juga merupakan salah satu perbuatan amoral dan nampaknya perbuatan tipu penipu ini justru dilakukan oleh Yakub yang disebut bapa orang percaya. Yakub menipu Ishak bapaknya dan anehnya penipuan ini justru diprakarsai oleh ibunya sendiri Ribka.  Akibat penipuan ini akhirnya Yakub lari ke pamannya yaitu Laban di daerah Mesopotamia (Kajadian 27:41-46), disana terjadi lagi tipu menipu antara Yakub dan Laban, pamannya (Kejadian 29) dimana karena cintanya Yakub kepada Rahel ia bersedia bekerja pada Laban selama tujuh tahun. Namun pada malam pernikahan Laban berhasil menipu Yakub, dimana bukan Rahel yang diserahkan kepada Yakub melainkan Lea.

Trik tipu mnipu ini terulang kembali kepada anak Yakub yaitu Yehuda. Persis sama yang dilakukan oleh Yakub yaitu tipu menipu dengan mertuanya sendiri yaitu Laban. Sekarang Yehuda juga melukan kejahatan tipu menipu dengan mantunya sendiri yaitu Tamar.  Penipuan yang dilakukan oleh Yehuda berawal dari kematian kedua puteranya Er dan Onan. Yehuda melimpahkan kesalahan kepada menantunya Tamar.  Karena Tamar merasa ditipu oleh Yehuda, akhirnya Tamar pun balas menipu Yehuda. Hasil penipuan itu kemudian lahirlah Perez dan Zerah yang pada akhirnya lahirlah Yesus.

Mungkin kita tahu semua gudangnya perbuatan maksiat atau amoral dalam Alkitab terdapat ada di kota Sodom dan Gomora. Di kota ini bukan saja banyak terjadi kejahatan berupa kekerasan dan penindasan, pemerkosaan, tetapi perbuatan amoral lainnya yang berupa penyimpangan seksual. Disinilah orang atau pengamat pemikir menyimpulkan bahwa LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) berasal dari Sodom dan Gomora. Itulah sebabnya ada maka sebutan sodomi.

 Mengapa pengamat bisa menyimpulkan demikian, karena di dalam Kejadian 19 ayat 5b dikatakan Dimanakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka. Pakai disini artinya di sodomi (laki-laki dengan laki-laki). Jadi dapat disimpulkan perbuatan sodomi ini memang sudah biasa dilakukan oleh orang-orang di kota Sodom dan Gomora.

Perbuatan bejat yang dilakukan orang-orang yang ada di kota Sodom dan Gomora ini tampaknya juga pernah terjadi di Gibea. Cerita ini tertulis di Hakim-Hakim 19:1-30. Demikian ceritanya. Seorang Lewi ingin bermalam di Gibea namun tidak memperoleh tumpangan. Ketika seorang laki-laki tua memberikan tumpangan kepada mereka, para laki-laki di kota itu datang berbondong-bondong ke rumah orang tua itu untuk meminta tamunya keluar, supaya mereka dapat memperkosanya beramai-ramai. Akhirnya, orang tua itu memberikan gundiknya kepada para laki-laki itu untuk diperkosa sampai perempuan itu mati. BIADAP BUKAN?

Dalam Alkitab masih banyak cerita-cerita lainnya yang isinya berupa perbuatan-perbuatan amoral baik yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok. Yang menjadi pertanyaan mengapa cerita-cerita tersebut ada dalam Alkitab. Dan yang lebih aneh lagi mengapa kelahiran Yesus ini bukan berasal dari orang-orang baik seperti Yusuf misalnya tetapi justru berasal dari Yehuda yang memiliki tabiat juga jahat. Dan mengapa justru Sang Mesias lahir dari garis yang dilahirkan Batsyeba, mantan selingkuhannya Daud? Artinya Alkitab yang mencatat kisah-kisah para bapa leluhur Israel secara apa adanya. Namun dari situ kita dapat menarik suatu berita anugerah yang besar. Bahwa tidak ada manusia yang benar, semuanya pernah berbuat dosa. Dan, Allah itu Maha Pengampun.

Alkitab sungguh merupakan buku iman yang sangat jujur. Ia tanpa tedeng aling-aling, atau menutup-nutupi kesalahan yang pernah dilakukan para leluhur bangsa Israel. Contoh dari kehidupan Yehuda ini. Alkitab begitu jelas bagaimana aib Yehuda dicatat. Bagaimana Tamar menipunya dengan berpura-pura menjadi pelacur dalam upayanya  mendapatkan keturunan. Tampaknya ini sesuatu siasat yang "not proper, tidak elok," bahkan merupakan tindakan "perzinahan." Tapi Ironisnya Allah memilih jabang bayi dari tindakan mereka (yaitu Peres) untuk menurunkan garis Mesias.

Dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah bahwa keselamatan yang diberikan Tuhan lewat kehadiran Yesus Kristus (melalui orang-orang berdosa) merupakan anugerah bagi kita semua. Terbukti keselamatan tidak saja diperuntukan kepada orang-orang Israel tetapi kepada seluruh umat manusia. Silsilah Tuhan Yesus dalam Injil Matius pasal 1 adalah ibarat miniatur dari Kitab Kehidupan.

Walaupun garis keturunan Mesias adalah orang-orang penipu dan amoral, namun karena mereka bertobat maka mereka semua dipakai oleh Tuhan sebagai jalan keselamatan melalui kelahirannya sang Juru Selamat yaitu Tuhan Yesus. Misalnya Yakub yang semula Penipu telah diubah menjadi Israel yang artinya Pemenang atau Pendekar Allah.  Yehuda yang semula selain penipu, pezinah dan kejam (membakar manusia), telah diubah menjadi pahlawan dan bertanggungjawab atas saudara-saudara serta bapaknya. Daud yang semula penipu dan pezinah juga telah diubah menjadi Kekasih Tuhan.

Jadi jelas seburuk apapun juga kita, Allah sanggup merubah kita menjadi alat yang berguna untuk kemuliaan Tuhan. Keburukan yang dilakukan oleh Yakub, Yehuda, dan Daud oleh Allah dapat dijadikan sebagai jalan keselamatan.

Dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah bahwa keselamatan yang diberikan Tuhan lewat kehadiran Yesus Kristus (melalui orang-orang berdosa) merupakan anugerah bagi kita semua. Terbukti keselamatan tidak saja diperuntukan kepada orang-orang Israel tetapi kepada seluruh umat manusia. Silsilah Tuhan Yesus dalam Injil Matius pasal 1 adalah ibarat miniatur dari Kitab Kehidupan, adakah nama kita akan tercatat karena sikap hati dan kehidupan kita yang begitu mengingini-Nya? Atau tidak tercatat karena kita begitu mengabaikan-Nya? Menjadi keturunan Abraham tidak menjamin Esau memperoleh apa yang dijanjikan-Nya. Begitu pula menjadi seorang Kristen tidak menjamin kita memperoleh keselamatan yang dijanjikan-Nya.

Alkitab Bukan Buku Moral

Jadi jelas sekali bahwa Alkitab itu bukan buku moral. Alkitab adalah buku Injil. Kalau Alkitab adalah buku Injil, itu berarti isinya bukanlah contoh-contoh moral melainkan catatan anugerah-anugerah Allah yang masuk ke dalam hidup orang-orang yang tidak patut, yang tidak mencari Tuhan, yang seringkali ngeyel, bahkan yang tidak bisa menghargai anugerah Tuhan meski sudah menerima. Jika kita melihat dan mengetahui ini dengan jelas, kita tidak akan keberatan dengan adanya cerita-cerita yang hancur dan tokoh-tokohnya yang seperti ini. Kita tidak akan geleng-geleng kepala melihat pahlawan iman kita seperti itu, karena pahlawannya memang bukan mereka.

Cerita Alkitab bukan terutama mengenai mereka. Cerita Alkitab bukan mengenai Abraham yang selalu sanggup untuk melakukan apa yang benar; tidak sama sekali. Memang ada juga cerita-cerita seperti itu juga; kalau kita mundur sedikit ke awal, kita melihat Abraham yang bisa melampaui keterbatasan budaya. Waktu itu budaya senioritas kental sekali, tapi terhadap Lot Abraham tidak melakukannya, sebaliknya Abraham mengatakan, silahkan Lot pilih apa yang kau pilih. Ini artinya apa yang dilakukan Abraham  sudah melampaui kebudayaan manusia, karena Abraham lebih mengutamakan Lot.

Sebagaimana manusia pada umumnya adakalanya kita di atas, dan adakalanya kita di bawah, hidupnya hancur; demikian juga Kejadian 15 baru saja membicarakan janji Tuhan yang luar biasa, tapi cerita berikutnya adalah Abraham jatuh, Abraham melakukan dosa, Abraham main hakim sendiri. Kalau kita menyadari Alkitab adalah buku Injil, Saudara tidak akan keberatan dengan itu semua, karena tahu bahwa Alkitab bukanlah buku mengenai manusia, tetapi buku mengenai yang Allah lakukan bagi manusia-manusia ini, tentang bagaimana Allah terus-menerus datang dan berbicara kepada orang-orang ini, melindungi mereka, menolong mereka, menyelamatkan mereka, lagi, lagi, dan lagi.

Mungkin kita mengatakan, "Ya, saya tahu Alkitab itu bukan terutama mengenai siapa kita dan apa yang kita harus lakukan, tetapi mengenai Allah dan apa yang Dia telah lakukan", tapi apakah kita menghidupinya? Justru inilah problemnya. Kita mungkin sudah datang ke Alkitab dengan konsep yang benar, bahwa ini buku mengenai wahyu Allah dan jangan cari contoh moral kehidupan manusianya, tetapi waktu kita datang ke gereja, cerita apa yang kita pikir ada di Gereja? Banyak orang Kristen yang tidak benar yang tidak bermoral.

Itulah manusia, (Hamba Tuhan manusia, Majelis manusia, Diaken manusia pendeta juga manusia) karena manusia sudah dipenuhi dan sudah digenggam oleh kuasa dosa, maka sudah dipastikan perbuatannya selalu mengandung dan bermakna dosa. Artinya janganlah kita memandang manusia, karena jika kita memandang manusia pasti kita akan kecewa. Pandanglah Allah yang penuh kasih dan anugerah itu.

*****

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun